Mohon tunggu...
Lathifatul Qolbiyah
Lathifatul Qolbiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berbagi ilmu baru bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kunjungan Pengerajin Keris (Besalen Condro Aji Lamongan) oleh Mahasiswa KKN UMG

1 September 2023   08:50 Diperbarui: 1 September 2023   08:51 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dulu pembuatan keris itu ya hanya empunya sendiri, kecuali jika pembuatannya memang memerlukan waktu yang lebih cepat dan dengan jumlah yang banyak seperti halnya pesanan alat-alat untuk perang itu ya pembuatannya massal."

Selain itu empu asal tlogosadang juga menjelaskan perihal perbedaan lokasi pembuatan keris pada zaman dahulu dan zaman sekarang. "Empu empu terdahulu itu kalau membuat keris pasti sembunyi-sembunyi di tengah hutan, kalau sekarang enak mau belajar buat keris sudah ada pelatihannya, saya juga ini masih sering ikut pelatihan pelatihan ke LPPKTA Surabaya".

Tidak hanya itu beliau juga menanyakan perihal jurusan dari Mahasiswa Mahasiswi KKN UMG yang ikut berkunjung ke lokasi "Dari adek mahasiswa ini apakah ada yang mengambil jurusan teknik kimia?" ujarnya. Dikarenakan kebetulan dari kelompok KKN yang bertugas di desa tlogosadang tidak ada yang berasal dari jurusan teknik kimia, bahkan jurusan kebudayaan juga tidak ada maka dari itu empu juga tidak terlalu khawatir dengan pemahaman yang telah didapatnya dari pelatihan.

Risca Nur Wahyuni salah satu Mahasiswa KKN menanyakan mengenai bahan yang digunakan dalam pembuatan keris " Kalau boleh tahu untuk pembuatan alat alat tradisional ini menggunakan bahan apa saja ya pak?". "untuk pembuatan keris dan alat tradisional lainnya itu terdiri dari minimal 7 unsur logam yakni besi, baja, logam dan sejenisnya, nikel, titanium, dan lain sebagainya yang memiliki kandungan meteorik. Kalau sekarang sudah menggunakan kraft berbeda dengan dulu yang masih pakai tanur". (15/08/2023)

Untuk pembuatan kraft sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan bisa dibilang hal yang paling lama dan paling utama dalam pembutan keris yaitu pada tahap  ini. Hal itu juga dijelaskan oleh empu mengenai pembuatan kraft "Untuk membuat kraft ini ada hubungannya dengan pertanyaan saya yang tadi pengenai jurusan teknik kimia, jadi untuk pembuatan kraft ini yaitu menggunakan besi dan nikel yang disatukan, untuk penataannya itu bagian nikel ditaruh di tengah tengah atau diantara besi yang setelah itu akan ditempa hingga terbentuk suatu lapisan atau suatu lipatan".

Akan tetapi sebelum dilakukannya penempaan agar lebih mempermudah untuk ditempa besi dan nikel yang dijadikan satu itu dipanaskan terlebih dahulu di perapian hingga besi dan nikelnya sudah benar benar panas baru ditempa, jika tidak dipanaskan terlebih dahulu mungkin saja bisa akan tetapi bakalan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi dan tenaga yang lebih lagi.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Nuzulul Ilma mahasiswa KKN UMG yang ikut serta dalam kunjungan juga ikut menanyakan perihal waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan keris atau alat tradisional lainnya dan dijawab oleh empu "Perihal waktu yang digunakan dalam pembuatan alat tradisional itu bermacam- macam sesuai dengan kebutuhan nya, contoh misalnya pembuatan kerajian itu membutuhkan waktu 1 bulan pengerjaan, sedangkan untuk pembuatan ageman atau pusaka itu membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun karna bahan yang digunakan diambil dari biji besi atau pasir besi"

Nah buat teman teman yang masih percaya tentang hal hal mistis yang ada didalam keris nih kebetulan udah di tanyain juga loh, berikut penjelasan dari empu "Kalau menurut saya keris yang katanya ada isiannya itu bonus, iya bonus dari kerja kita yang diselingi dengan adanya tirakat, dan do'a" jadi buat yang masih takut tentang isian yang ada didalam keris, yuk mulai sekarang dirubah bahwa hal itu sebenarnya tidak semenakutkan itu loh. Jadi kita bisa melesatarikan kebudayaan itu agar tidak punah ya teman teman, selain karna merupakan salah satu dari nilai kebudayaan keris juga memliki harga jual yang cukup lumayan tinggi, asal kita tahu dimana kita akan menjualnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun