Mohon tunggu...
Lathifah Harisha
Lathifah Harisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psikologi Universitas Syiah Kuala

Mahasiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ingin Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan pada Usia Remaja? Yuk Terapkan Prinsip Stoisime

28 Februari 2023   17:35 Diperbarui: 28 Februari 2023   17:39 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebahagiaan menurut KBBI adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan, ketentraman hidup secara lahir dan batin yang maknanya adalah untuk meningkatkan visi diri. Kebahagiaan adalah keadaan dimana seseorang memiliki tingkat emosi positif yang tinggi dengan tingkat emosi negatif yang rendah. Dahulu kala, terdapat kaum stoisime yang mengatakan bahwa kesehatan mental adalah kondisi batin yang tidak terlihat fisik namun berpengaruh bagi perilaku dan emosi. Mereka mengajarkan untuk berani menghadapi emosi, terutama emosi negatif, mengontrol diri, keadilan, kebijaksaan, dan kebajikan. Dalam stoisisme terdapat dua prinsip yaitu "hidup selaras dengan alam" dan "hidup di bawah kendali kita, bukan di luar kendali kita".

Stoisisme yaitu aliran yang lebih mementingkan pengendalian emosi dengan berbagai cara salah satunya adalah diam sejenak dan berpikir jernih. Stoisisime merupakan salah satu aliran filsafat yang dipandang sangat berpengaruh dan mudah untuk diterapakan oleh siapapun dalam hubungannya untuk meraih hidup yang lebih baik. Kalau kita tersinggung oleh reaksi orang lain itu sepenuhnya salahmu sendiri, kemarahan kita lebih merusak daripada penyebab kemarahan itu sendiri dan terkadang ada orang-orang yang layak dihindari dalam hidup. Stoisisme merupakan salah satu seni untuk mencapai ketenangan dalam hidup. Prinsip stoisisme yaitu "hidup selaras dengan alam", artinya bahwa perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan hukum alam yang ada. Ketika manusia menyesuaikan dirinya dan hidup sesuai kodratnya, dapat mengendalikan dirinya, dan dapat mengelola emosinya dengan baik, maka hal inilah yang akan mendatangkan ketenangan dalam hidup manusia tersebut.

Stres merupakan keadaan ketika beban yang dirasakan oleh individu tersebut bisa saja terlalu berat dan tidak sepadan dengan kemampuan mental yang dimiliki untuk mengatasi beban mental yang dialaminya.

Dalam buku "Filosofi Teras" yang ditulis oleh Henry Manampiring, beliau menjalaskan bahwa konsep stoisime ini pada hakikatnya membebaskan diri dari ketergantungan dan kecemasan yang berlebihan. Konsep ini sangat bermanfaat jika digunakan untuk mengelola emosi dengan menerapkan ilmu-ilmu yang terdapat dalam buku "Filosofi Teras" yaitu dikotomi kendali, trikotomi kendali, langkah-langkah S-T-A-R, mentransfer emosi dengan cara ketarsis, rasionalisasi, kontemplasi, dan masih banyak lainnya. Inti dari stoisisme ini adalah mengelola pikiran kita dan hal-hal yang berada dalam lingkup kendali kita. Maka, dengan demikian hidup akan lebih tenang dengan tidak memikirkan hal-hal di luar kendali kita.

Untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan, diperlukan adanya manajemen emosi yang sangat baik. Kejadian di sekitar tidak dapat kita kendalikan dan yang dapat kita kendalikan adalah respon dan emosi pada kejadian-kejadian tersebut. Manajemen emosi adalah kemampuan seseorang menggunakan pikiran, nalar, dan tindakannya untuk menghadapi emosinya agar dapat diungkapkan dan dihadapi secara sehat dan tepat. Melalui manajemen emosi kita dapat mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan. Manajemen emosi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan emosi dan meminimalisir supresi emosi yang ada sehingga mencapai kesejahteraan dan kestabilan emosional dalam diri seseorang. Menurut Goleman (2002), manajemen emosi merupakan landasan keberhasilan seseorang dalam keterampilan manajemen emosi ditandai dengan perilaku:

  1. mampu memikul tanggung jawab pribadi atas perasaan dan kebahagiaannya;
  2. mampu mengubah emosi negatif menjadi proses pembelajaran yang konstruktif dan melihat emosi negatif sebagai peluang untuk berkembang;
  3. mampu membantu orang lain mengidentifikasi dan menggunakan emosi mereka;
  4. mampu mempertahankan hubungan yang terbuka dan interaktif baik dengan emosi senang maupun sedih;
  5. mampu mendekati emosi tertentu dan menjauhinya sesuai dengan makna dan pemikirannya;
  6. mampu memantau emosi diri sendiri dan orang lain; dan
  7. mampu mengurangi emosi negatif dan meningkatkan emosi positif.

Ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosi negatifnya dengan sehat dan tepat akan berpengaruh terhadap kesehatan mereka sendiri, baik secara fisik maupun mental. Emosi negatif yang disimpan atau di-supresi dalam diri seseorang dapat menjadi netral dan membentuk tumpukan emosi negatif. Kemudian tumpukan emosi negatif tersebut akan menjadi berbagai gangguan emosi dan perilaku yang menimbulkan masalah psikologis apabila tidak segera dituntaskan. Hal ini menjadi dasar alasan mengapa manajemen emosi penting untuk dilakukan.

Kembali lagi dengan pembahasan di awal yaitu "hidup selaras dengan alam". Maksudnya adalah hidup dengan mengedepankan nalar dan rasionalitas. Pada persepktif stoisisme, perbuatan baik menurut pandangan ini adalah perbuatan yang sesuai dengan hukum alam yaitu, seorang stoisime bukanlah manusia yang emosional melainkan orang yang selalu menggunakan akal pikirnya. Akan tetapi, manusia selalu saja memiliki gejolak dan hawa nafsunya yang irrasional dan bisa saja sesat. Maka dari itu hal ini adalah tantangan tersendiri bagi kaum stoisime.

Stoisisme mengajarkan kita untuk memfokuskan diri hanya untuk hal-hal yang bisa dikendalikan dan melepaskan apa yang bukan dalam kendali kita. Seperti kata Marcus Aurelius dalam bukunya Meditations: "Kamu memiliki kendali atas pikiranmu, bukan kejadian-kejadian di luar sana. Sadari ini, dan kamu akan menemukan kekuatan".  Seluruh kejadian yang ada di dunia ini berhubungan langsung dengan emosi dan kognitif kita, dan kejadian-kejadian tersebut tidak semuanya dalam kendali kita, maka disinilah prinsip stoisime digunakan agar kita tetap dapat mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup. Stoisisme berpandangan bahwa seluruh kejadian di alam semesta ini adalah netral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun