Kemarin di tengah hebohnya pemberitaan demo besar-besaran di Jakarta, rupanya berita tentang Menteri ESDM baru agak tenggelam. Tentu saya tidak mengatakan ini semacam pengalihan isu, ya. :D Ignasius Jonan diangkat sebagai Menteri ESDM menggantikan Arcandra Tahar yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri ESDM selama 20 hari. Yang mengagetkan, ternyata Arcandra Tahar dijadikan sebagai wakil Menteri ESDM oleh Presiden Jokowi.
Banyak yang berpendapat kalau Jokowi telah bersikap lalai dengan menunjuk Arcandra Tahar sebagai wakil Menteri ESDM. Mereka beralasan bahwa Arcandra telah bersikap “tidak jujur” dan “tidak beretika” karena menutupi status kewarganegaraannya. Oke, saya tidak mau mengulas secara lebih jauh tentang status kewarganegaraan Arcandra. Sebagai warga negara yang patuh kepada pemimpin, saya pikir Jokowi tentu punya pertimbangan matang kenapa menjadikan Arcandra Tahar menjabat sebagai wakil Menteri ESDM. Presiden punya hak untuk menentukan kebijakan demi kebaikan negara.
Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar adalah sosok yang dinilai tepat memimpin kementerian ESDM yang sedari dulu tak pernah sepi masalah. Ignasius Jonan terkenal sebagai “orang lapangan” yang tegas, sedangkan Arcandra Tahar adalah sosok cerdas yang tahu betul tentang dunia ke-ESDM-an. Pengalaman dia di skala internasional tidak perlu dipertanyakan lagi.
ESDM dari masa ke masa adalah kementerian yang rawan korupsi karena banyak “lahan basah” di sana. Seorang yang menjabat sebagai Menteri ESDM pun haruslah orang yang tangguh, tegas, dan tahan banting. Jika tidak tahan banting, tentu posisinya akan terancam dan bisa-bisa dikriminalkan dengan cara mencari-cari kesalahan yang sebenarnya bukanlah kesalahan.
Jero Wacik menjabat sebagai Menteri ESDM pada 2011-2014. Sebelumnya dia menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata selama dua periode. Banyak prestasi yang ditorehkan Jero Wacik selama menjabat sebagai menteri, salah satunya meningkatkan devisa negara. Namun, jabatan Menteri ESDM Jero Wacik terancam saat kasus korupsi Sekjen ESDM, Waryono Karno, terungkap. Waryono Karno membawa-bawa nama Jero Wacik terlibat dalam kasus korupsinya. Benarkah demikian?
Jero Wacik diangkat sebagai Menteri ESDM pada Oktober 2011. Nah, Jero Wacik dituduh melakukan penyimpangan anggaran dana yang telah berlangsung sejak tahun 2010. Tuduhan yang tidak masuk akal sama sekali. Bagaimana bisa Jero Wacik disuruh bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak dia perbuat? Waryono Karno “pintar” sekali menggiring opini publik, bahkan membuat Jaksa Penuntut Umum (JPU) percaya dengan kata-katanya.
Kesalahan-kesalahan pun terus dicari-cari. Tuduhan penyalahgunaan Dana Operasional Menteri (DOM), melakukan gratifikasi, dan lain-lain. Padahal, DOM adalah hak menteri dan menteri bebas menggunakannya untuk biaya operasional pekerjaannya dengan bertanggung jawab. Di persidangan, Jusuf Kalla sudah bersaksi bahwa Jero Wacik sama sekali tidak melakukan penyalahgunaan DOM.
Namun, apalah arti jalan persidangan jika media terus menggulirkan berita-berita yang tidak sesuai jalan persidangan. Segala tuduhan gugur dengan adanya saksi dan bukti, tapi JPU tetap ngotot dengan berbagai tuntutannya. Bahkan, ketika JPU melakukan banding, di media malah bergulir berita yang melakukan banding adalah Jero Wacik. Segala tuduhan itu adalah tuduhan “recehan”. Mengingat ESDM adalah kementerian yang sangat basah, mengingat kasus-kasus sebelumnya merugikan negara mencapai angka triliunan, kenapa Jero Wacik diseret dengan tuduhan yang mengada-ada? Apakah tujuannya sehingga Jero Wacik dianggap terlibat dalam berbagai kasus yang faktanya di persidangan tuduhan itu gugur dengan adanya saksi dan bukti?
Kembali ke perkataan saya di atas. Orang yang memimpin Kementerian ESDM adalah orang tangguh, cerdas, dan tegas. Jika ada yang memenuhi kriteria itu, siap-siap saja dibombardir dari berbagai pihak yang berkongkalikong. Siapa yang berkongkalikong? Orang-orang bertopeng tentunya. Semoga Jero Wacik tetap kuat dan optimis menghadapi proses persidangan. Semoga Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar bisa memimpin ESDM dengan baik. Amiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H