Mohon tunggu...
Lathifah Edib
Lathifah Edib Mohon Tunggu... Penulis - Editor

Perempuan nokturnal, suka keluyuran di jalanan, dan berburu bebek goreng.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jero Wacik di Mata Keluarga dan Warga Desa Batur

14 April 2016   12:35 Diperbarui: 14 April 2016   12:47 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata Bali pasti yang terbayang dalam pikiran adalah pantai dan pulau. Terakhir kali ke Bali sepuluh tahun lalu. Itu pun tak sempat eksplorasi tempat-tempat wisata lainnya selain Pantai Kuta. Saya sangat bersyukur kembali mengunjungi Bali.

Setelah empat jam delay di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, pesawat akhirnya take off dan landing di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar. Gapura bernuansa Bali langsung menyambut saya dan penumpang lainnya.

Saya bertemu dengan tim #SobatJW dari Jakarta di depan bandara. Malam pertama dan malam kedua kami menginap di The Ayu Kintamani, salah satu vila mewah yang terletak di tepi Danau Batur. Vila ini kepunyaan salah seorang sahabat Jero Wacik, sahabat yang sama-sama berjuang dari nol, yang sama-sama makan jambu klutuk ketika berjuang sekolah. Siapakah sosok pemilik vila dan Toya Devasya ini, yang membantu dan memfasilitasi kami selama di Kintamani? Nantikan cerita lengkapnya di tulisan berikutnya.

Mungkin banyak yang bertanya, apa yang kami lakukan di Bali? Sekadar jalan-jalankah? Sekadar menikmati jamuan gratiskah? Banyak orang yang berkomentar miring tentang agenda kami ke Bali. Mirisnya, ada yang langsung men-judge bahwa kami menikoruptor. Itulah manusia yang kurang telaah. Gampang men-judge tanpa berusaha menelaah, bahkan sekadar bertanya langsung kepada kami. Oke, abaikan orang-orang berpikiran picik seperti itu.

Kami, tim #SobatJW ada sebagai penyeimbang berita di media. Seperti kita ketahui, sejak tahun 2014, berita tentang Jero Wacik yang dituduh korupsi menyebar di berbagai media, baik media cetak ataupun media online. Semuanya memberitakan kasus Jero Wacik korupsi uang negara saat menjadi menteri. Tuduhan-tuduhan korupsi, antara lain korupsi Dana Operasional Menteri (DOM)—yang dengan kesaksian Pak Jusuf Kalla, tuduhan itu tak terbukti, serta melakukan pemerasan dana kick back—juga tidak terbukti karena rekening dana kick back sudah ada sejak tahun 2010, sementara Jero Wacik baru diangkat sebagai menteri ESDM tahun 2011.

Pada masa menjabat sebagai menteri di Kemenbudpar dan ESDM, DOM sama sekali tidak bermasalah dan lolos dari audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Jadi, timbul pertanyaan, mengapa hal sepele yang bahkan tidak bermasalah ini jadi dipermasalahkan? Kalau memang DOM bermasalah, tentu puluhan menteri pada masa SBY juga bermasalah.

Kembali ke topik “penyeimbang berita”. Tim #SobatJW mengikutio;. Tim #SobatJW mengikuti jalannya persidangan di Pengadilan Cipinang. Beberapa kali juga berdialog dengan Jero Wacik dan tim kuasa hukumnya. Namanya seorang petinggi negara yang terkena kasus korupsi, tentu banyak jurnalis dari berbagai media yang meliput. Inilah muasal yang mengetuk hati kami untuk menjadi penyeimbang. Kenapa? Banyak media yang menulis berita yang tidak sesuai dengan jalan persidangan.

Ketika Jero Wacik divonis empat tahun oleh hakim karena turut “mempertanggungjawabkan kerugian negara sebagai pimpinan”—jadi Jero Wacik tidak sepenuhnya salah, tapi Jero Wacik sebagai pemimpin harus menanggung kesalahan itu—hitunglah berapa banyak media yang memberitakan sesuai fakta? Yang ada memberitakan bahwa Jero Wacik adalah benar-benar koruptor.

Kesaksian Jusuf Kalla yang meringankan Jero Wacik, berapa media yang memberitakannya? Hanya segelintir. Kesaksian saksi-saksi lain di persidangan, siapa yang memberitakannya? Hanya satu di antara puluhan media. Kenapa begitu? Padahal, banyak wartawan yang berjubel di pengadilan saat proses persidangan berlangsung. Apa fakta yang mereka beritakan? Tunggu dulu, menurut pengamatan #SobatJW, dari puluhan media di Indonesia, yang hadir meliput proses persidangan hanya sedikit. Pertanyaannya, dari mana mereka mendapat sumber berita kalau tidak terjun langsung ke lapangan? Copas (copy paste) berita lain?

Inilah kami, #SobatJW, berusaha menelaah, mencari informasi dari sumbernya langsung tanpa bumbu-bumbu, tanpa dikurangi atau ditambah sedikit pun. Tuduhan Jero Wacik yang suka berfoya-foya, membuat kaya keluarganya, dan sebagainya, kami lacak dan investigasi langsung ke kerabat, tokoh-tokoh Bali, dan para sahabat Jero Wacik di Bali.

[caption caption="Beginilah bale di depan rumah keluarga Jero Wacik. Di sini biasanya jadi tempat menerima tamu. Dok.pri"][/caption]Tuduhan itu gugur setelah kami melihat bukti fisik rumah keluarga Jero Wacik di Batur, Bangli. Rumah sederhana tanpa perubahan apa-apa dan jauh dari kata mewah. Berapa banyak pejabat tinggi yang memperbagus kampung halamannya setelah jadi pejabat? Jero Wacik adalah salah satu pejabat yang tetap sederhana meski menjabat sebagai menteri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun