Mohon tunggu...
Aditya Idris
Aditya Idris Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Alumni Jurusan Matematika Statistik Angkatan 2009 (S.Si)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lakon Kursi

29 November 2014   16:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ku dengarkan sebuah debat kusir untuk merebut sebuah kursi

Debatdi sebuah Negeri antah berantah

Antara Si Hitam, Si Cokelat dan Si Merah Muda

Debat sengit tentang siapa yang terbaik..

Siapa yang akan berkuasa….

Dan, siapa pula yang akan memimpin…

Ah… Debat itu.

Mengingatkanku pada Negeriku tercinta…

Si Hitam selalau berkata “Kamilah yang terbaik. Negara kita akan sejahtera saudara-saudara sekalian. Kalian tak akan rugi memilih kami”

Si Hitam denganbangga berkoar-koar kesana kemari, tanpa pernah malu dengan apa yang dilakukan punggawa-punggawanya..

Tak malukah dia, mengemis suara kepada rakyat yang telah mereka sakiti..

Tersakiti dengan tingkah laku mereka..

Korupsi….

Ah… benar-benar tidak tahu malu….

Si Cokelat tak mau kalah…

Dengan bangganya Si Cokelat muncul dengan orasi-orasi super hebatnya, yang entah dia tahu, apa rakyat mengerti dengan segala kata-katanya atau mereka hanya sekedar mengangguk tanpa paham maksud kata demi kata itu..

Orasi hebat mereka terkadang membuat semuanya terpana..

Tersulap dan terhipnotis..

Luar biasa….

Si Merah Muda tidak kalah hebatnya. Sang orator ulung kini menggeliat panas. Seakan tak mau kalah dengan dua rivalnya itu.

Ya…. Memang dia tak mau kalah.

Siapa yang akan mengalah dalam hal ini.

Lakon kursi itu semakin menjadi-jadi.

Seruan demi seruan yang ditujukan kepada rakyat makin memanas

Singgung menyinggung menjadi senjata masing-masing

Hanya demi sebuah kursi.

Satu kursi??????

Ya… Hanya untuk satu kursi.

Tapi, tidakkah rakyat tahu, bahwa satu kursi bernilai sangat mahal

Satu kursi dapat membeli apa saja yang mereka inginkan

Kursi itu memberikan kekuatan besar kepada orang yang mendudukinya

Lakon kursi terus bergulir

Janji demi janji terus terukir

Si Hitam berjanji ini…

Si Cokelat berjanji itu…

Dan, si Merah Muda tidak kalah hebat….

Lakon kursi di negeri itu sama persis dengan Negeriku

Tapi bedanya, di Negeriku punya kekuatan besar

Kekuatan pamungkas yang mereka andalkan

Hm… di Negeriku, wajah-wajah hebat mereka terpampang nyata di dalam kaca segiempat itu.

Dengan banyak sandiwara-sandiwara yang mereka mainkan

Membuat citra mereka makin bersinar…

Layar persegi itu ternyata punya kekuatan besar

Ah…. Lakon kursi itu..

Kembali membuat kepalaku pusing…

Sepertinya mereka tidak tahu

Bahwa ada yang mengintai mereka

Sebuah warna yang tak pernah muncul

Sebuah warna yang tak pernah memberikan janji-janjinya

Warna itu tidak pernah menampakkan dirinya di layar persegi atau memaku diri di pohon-pohon besar

Wahai calon-calon pemegang kursi

Buat apa banyak berdebat jika engkau tak pernah mengerti perasaan kami

Tahukah kalian???

Apapun warna kalian, namun yang harus kalian tahu

Di Negeriku, Si Putih yang akan berkuasa…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun