Mohon tunggu...
Uliz Zetaro
Uliz Zetaro Mohon Tunggu... -

Belajar menulis melalui kompasiana, dan berbagi informasi, itulah tujuanku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesanmu Tantanganku

8 Juli 2012   15:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mama: "Lis kalo guru-guru disini yang s1 sudah pada ambil s2 semua…"

Aku: "ohh… jadi setidaknya saya pulang harus s2 atau s3?"

Mama: " iya,,. kalo bisa pulang nanti  harus bergelarkan  DOKTOR.."

Aku: "hmmm… Insya Allah saya pulang bawa gelar itu, yang penting jangan lupa do'anya Ma."

Mama: "Iya…Mama pasti doakan buat kesuksesanmu, yang penting kamu belajar yang betul ya nak…"

itulah sepenggal percakapan antara Aku dengan Mamaku (panggilan untuk ibuku). Ketika  lagi kangen Aku sempatkan serta Ku luangkan waktu untuk bisa bermanja-manjaan dengannya seperti dulu, dikala ku masih berada di Madrasah Ibtidaiyyah. Rindu ingin mendengarkan suaranya yang lembut walaupun agak serak, bercanda tawa layaknya sahabat, itulah Mamaku sangat dekat dengan anak-anaknya ketimbang Bapakku. Jika dihitung-hitung baru satu bulan yang lalu Aku sudah menelpon keluarga di Indonesia, tapi kangen dan rindu begitu cepat kembali.

Keinginan untuk menelpon Ibu dan ayah di Indonesia bagiku karena didorong oleh rindu atau ingin mengisi bahan bakar semangat yang mulai berkurang disebabkan jauhnya perjalanan yang masih aku tempuh. Aku merasakan setiap selesai berbicara mendengarkan suara ibu atau ayah terasa hati tentram segala gundah gulanah yang sering membelit kepala terasa lepas, otaka yang penuh dengan pikiranpun berkurang bahkan hilang. Akhirnya semangat untuk belajar untuk menggapai cita-cita semakin bertambah.

Ketika menelpon mamaku, Aku sempat tertegun dengan susunan kalimat yang Ia keluarkan. "Kalo bisa pulang nanti harus bergelarkan  DOKTOR." Setelah mendengarkan kalimat itu aku sempat terdiam sesaat, berbicara dengan diri sendiri, "Aku mau bilang apa ya? Apa aku bisa bawa gelar DOKTOR?" Aku sempat kebingungan juga. Ku permantap hati dengan niat semoga ucapan ini bisa menjadi doa yang Allah dengar dan dapat menggembirakan hati orangtua yang imbasnya akan berupa pahala, "Insya Allah saya akan pulang dengan gelar itu."

Pesan mamaku adalah tantangan berat buatku. Bagaimana tidak, di universitas Alazhar menyelesaikan studi jenjang s2 saja kadang sampai sepuluh tahun. Kalau yang sering Aku dengar dari teman-teman dan senior paling cepat empat tahun, dan itu sangat jarang yang bisa melaluinya. Hal ini bukan hanya terjadi pada kalangan mahasiswa pendatang seperti Aku yang berasal dari Indonesia, yang tidak dilahirkan dilingkungan orang arab, bahkan orang mesir sendiri yang dari bayi sudah mendengarkan kalimat 'ana' dan 'anta' saja jarang yang bisa menyelesaikan s2nya selama empat tahun. Sudah mulai kepikirankan bagaimana susahnya?

Bagaimana dengan s3nya? Sebagaimana informasi yang Aku terima, lebih mudah untuk melanjutkan s3 ketimbang s2, katanya.  Jadi jenjang yang paling sulit di universitas Alazhar adalah jenjang s2, lagi-lagi kata mereka. inilah yang membuatku merasa tertantang, harus menjalani proses yang begitu panjang untuk bisa pulang nantinya dengan membawa gelar doktor untuk kupersembahkan kepada orang tuaku, dan masyarakat pulau sebatik umumnya.  Mereka disana sekarang berlomba-lomba mengenakan gelar s2. sedangkan untuk yang sarjana strata satu, akan sangat sangat terasingkan bahkan akan sulit untuk bersaing dengan mereka yang telah bergelar sarjana starata dua.

Sebenarnya Aku sendiri tidak begitu ambil pusing dengan urusan mereka yang berlomba untuk gelar s2. Bagiku background Alazhar sudah cukup menandingin mereka yang berstatus s2 di Indonesia. Bisa dilihat dari latar belakang pendidikannya saja, di Alazhar merupakan kiblatnya ilmu pengetahuan. Bahkan Universitas Alazhar adalah salah satu universitas islam tertua didunia. Jadi tidak diragukan lagi jika Aku pulang dengan background tersebut sudah cukup bisa menarik perhatian warga sebatik untuk bisa mengambil sari pati ilmu yang telah kudapatkan dari asalnya. Tetapi bukanlah itu tujuan utamaku mencari ilmu di mesir, negeri kinanah, negeri seribu menara, dan negeri piramida.

Pesan itu aku genggam erat-erat, sekuat tenagaku, dan tak akan Ku lepas hingga benar-benar nanti bisa terealisasikan apa yang menjadi impian orang tuaku. Akulah penerus mereka, Akulah yang mengemban amanat umat islam di sebatik sepulangnya dari mesir. Tidak ada kata 'Tidak' bagiku untuk bisamenggapai mimpi orang tuaku yang kini telah membeku didalam diri. Mimpi orang tuaku kini telah menjadi mimpiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun