Beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru Hijriyah 1446. Pada tahun ini 1 Muharam jatuh pada tanggal 7 Juli 2024. Bicara tahun baru Hijriyah saya lebih tertarik bicara soal "waktu" dan "niat" dan melakukan muhasabah terhadap keduanya.
Allah Swt menciptakan mahluk dilengkapi dengan waktu berlaku atau masa expired ( masa kadaluwarsa). Tidak hanya manusia dan tumbuhan, namun hewan, bumi, matahari, bintang-bintang, bulan, hewan dan segala mahluk ada masa expirednya.
Masing-masing memiliki masa berlaku yang berbeda-beda dan manakala masa berlaku telah habis maka mahluk tersebut akan mati. Bumi, matahari, bulan, planet, serta bintang-bintang akan mati dengan meledak. Begitupun mahkluk lainnya semua akan mati.
Allah Swt telah menentukan dan memasang "waktu" pada diri kita yang harus digunakan sebaik-baiknya. Lantas manakah sebenarnya"waktu" yang diberikan Allah kepada kita?.
Apakah"waktu" yang diberikan Allah kepada kita adalah hitungan 24 jam dalam sehari seperti halnya jam dinding yang tertempel itu ?. Apakah 30 Â hari dalam sebulan?. Apakah 12 bulan dalam setahun ?.
Hakikat "Waktu" yang telah diberikan Allah kepada kita adalah waktu yang menempel dalam diri kita. Jika kita diberi "waktu" untuk hidup yang lama oleh Allah maka jarum "waktu" kita akan berjalan lambat, lebih lambat dari jarum jam dinding. Sebaliknya jika "waktu" yang diberikan Allah sedikit maka jarum "waktu" kita berjalan lebih cepat.
Kita bisa merasakan saat diri kita sedang diliputi rasa gembira dan bahagia, maka seakan jarum jam berjalan begitu cepat dan sebaliknya ketika kita diliputi kesedihan atau kesusahan, seakan jarum jam berjalan sangat lama.
Kita tidak pernah tahu berapa lama "waktu" yang Allah berikan dan ditempelkan pada diri kita. Untuk itulah di tahun baru Hijriyah hendaknya kita bermuhasabah, sudahkah"waktu" yang telah terlewati kita pergunakan untuk banyak melakukan kebaikan. Atau justru sebaliknya.
NIAT SELALU BERGERAK MAKA KAWAL TERUS AGAR LURUS
Bicara tahun baru Hijriyah berarti bicara tentang " niat ". Ketika Baginda Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah ada seorang laki-laki yang ikut hijrah namun laki-laki tersebut ikut hijrah bukan berniat karena Allah melainkan karena perempuan.
Kemudian Nabi bersama "innamal a'malu binniyat... dst" yang artinya sesungguhnya amal itu tergantung niat ". Niat ( motivasi jiwa ) menjadi penentu akan nilai suatu amal dihadapan Allah Swt. Niat menjadi tolok ukur akan diterima atau tidaknya suatu amal dihadapan Allah.