Bank sentral, termasuk Bank Indonesia (BI), sering dihadapkan pada dilema yang cukup rumit dalam menentukan kebijakan suku bunga. Di satu sisi, mereka harus menjaga inflasi tetap terkendali demi stabilitas harga. Tapi, di sisi lain, kebijakan untuk meredam inflasi bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Tantangan ini ibarat menyeimbangkan dua kepentingan yang saling bertolak belakang, di mana menjaga stabilitas sering kali harus dibayar dengan risiko memperlambat ekonomi.
Banyak faktor internal dan eksternal saat ini menyebabkan inflasi di Indonesia meningkat. Suku bunga acuan yang tinggi---sekarang di level 6 persen---dapat membantu memperkuat nilai tukar rupiah dan mengontrol inflasi, tetapi juga dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi14. Kenaikan suku bunga acuan di dalam negeri juga dapat meningkatkan biaya pinjaman, yang pada gilirannya dapat mengurangi konsumsi dan investasi masyarakat.
Konteks Ekonomi Saat ini
Tantangan Inflasi Global
Pandemi COVID-19 dan gejolak geopolitik global telah memicu disrupsi ekonomi yang signifikan. Salah satu dampak paling nyata adalah lonjakan inflasi yang terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kenaikan harga bahan pokok dan energi yang tak terkendali telah membuat biaya hidup masyarakat semakin tinggi, sehingga daya beli masyarakat pun tertekan.
Pertumbuhan Ekonomi Pasca Pandemi
Pasca pandemi, Indonesia tengah berupaya keras untuk memulihkan perekonomiannya. Walaupun sudah terlihat tanda-tanda perbaikan, pertumbuhan ekonomi kita masih rapuh dan rentan terhadap berbagai tekanan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Bank Indonesia dituntut untuk mengambil langkah-langkah kebijakan moneter yang tidak hanya fokus pada pengendalian inflasi, tetapi juga pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Dilema Infllasi VS Pertumbuhan
Inflasi : Ancaman Bagi Stabilitas Ekonomi