Mohon tunggu...
Lasroha Tambunan
Lasroha Tambunan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Futsal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukti Bukti tentang Keberadaan Allah

11 Oktober 2023   23:00 Diperbarui: 11 Oktober 2023   23:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang zaman argumen argumen rasional tentang keberadaan Allah terus dikembangkan , dan memperoleh dasar pijakan dalam teologi terutama melalui pengalaman Wolff. Sebagian dari argumen ini pada hakikatnya sudah di kemukakan oleh Plato dan Aristoteles, dan sebagian lain ditambahkan dalam jaman modern oleh para mahasiswa filsafat Agama.  Hanya argumen argumen yang paling umum yang dapat dapat di tinjau di sini.

1. Argumen Ontologis

Berbagai bentuk argumen ini telah di kemukakan oleh Anselmus , Descartes, Samuel  Clarke , dan yang lainnya. Dalam bentuk yang paling sempurna argumen ini telah disusun oleh Anselmus. Anselmus berpendapat bahwa manusia mempunyai ide tentang adanya suatu keberadaan yang sempurna secara mutlak;Bahwa keberadaan adalah suatu sifat dari kesempurnaan; dan bahwa sebab itu suatu keberadaan yang sempurna mutlak harus ada. Akan tetapi kita jelas tidak dapat menyimpulkan dari pemikiran abstrak adanya suatu keberadaan yang nyata. Fakta bahwa Kita mempunyai ide tentang Allah belum dapat membuktikan keberadaanNya yang objektif. Lebih jauh lagi, argumen ini mengandaikan bahwa pengetahuan tentang keberadaan Allah  yang memang ada dalam akal manusia, memang diturunkan dari demonstrasi logis. Kant menekankan bahwa argumen yang seperti ini tidak dapat di pertahankan, akan tetapi Hegel menghargai nya sebagai argumen terpenting dalan hal keberadaan Allah. Para idealis menyarankan , lebih baik argumen ini di susun berbeda .

2. Argumen Kosmologis.

Argumen ini juga muncul dalam berbagai bentuk. Segala yang ada dalam dunia ini selalu mempunyai penyebab yang sesuai; dan jika demikian hal nya , alam semesta ini juga mempunyai penyebab yang sesuai yaitu penyebab yang besarnya tak terbatas . Akan tetapi argumen ini tidak memberi suatu keyakinan umum. Hume mempertanyakan.  Hukum sebab akibat itu sendiri, dan Kant mengemukakan bahwa jika setiap benda yang ada harus memiliki sebab akibat adanya suatu benda tersebut.  Lagipula argumen itu tidak mengharuskan adanya pegandaian bahwa adanya semesta mempunyai sebab akibat yang tunggal, satu penyebab yang berorientasi dan mutlak, dan dengan demikian tidak dapat membuktikan keberadaan Allah. 

3. Argumen Teologis 

Argumen ini juga merupakan argumen sebab akibat , dan pada dasarnya adalah perluasan dari argumen sebelumnya. Argumen ini dapat di uraikan sebagai berikut: dunia ini dimana pun mengungkapkan adanya inteligensi , tatanan, keserasian, dan tujuan , dan karena itu menunjuk kepada keberadaan dari suatu keberadaan yang berpikir dan bertujuan, yang mampu menghasilkan dunia yang sedemikian.

4 . Argumen Moral 

Sama halnya dengan argumen argumen lainnya , argumen ini pun mengambil bentuk yang berbeda. Kant memulai argumen nya dengan suatu imperatif kategori, selalu menyimpulkan keberadaan seseorang yang  sebagian pemberi hukum dan hakim , memiliki hak mutlak untuk memerintah manusia. Dalam perkiraan Kant , argumen ini  jauh lebih tinggi  di atas argumen argumen lainnya. Argumen ini satu satunya yang di andalkan untuk upaya nya membuktikan keberadaan Allah. Ini boleh jadi suatu alasan mengapa argumen ini lebih umum dikenal dari argumen argumen yang lain nya , walaupun tidak selalu dalam bentuk yang sama . Sebagai orang yang menyaksikan perbedaan yang sering terjadi antara kelakuan moral manusia , dan kemakmuran yang mereka nikmati dalam hidup di masa sekarang, berpendapat bahwa hal ini membutuhkan seorang hakim yang benar.

5. Argumen Historis atau Etnologis 

Bentuk utama dari argumen ini adalah sebagai berikut: di antara segala suku dan bangsa di dunia ini ada semacam perasaan tentang yang ilahi, yang terungkap dalam suatu kultus eksternal. Karena gejala ini universal, tentunya ia adalah bagian dari sifat dasar manusia. Dan apabila sifat manusia secara umum wajar menjurus kepada suatu ibadah religius, gejala ini hanya dapat di jelaskan dengan adanya suatu keberadaan yang maha tinggi , yang menjadi kan manusia sebagai insan yang religius. Meskipun argumen ini dapat dikatakan bahwa  gejala universal ini mungkin bersumber pada kesalahan satu nenek moyang manusia dan bahwa kultus religius  yang dibicarakan muncul Paling  kuat  di antara suku suku bangsa primitif dan menghilang seiring dengan kemajuan mereka dalam peradaban.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun