Mohon tunggu...
Lasmita Amelia
Lasmita Amelia Mohon Tunggu... Freelancer - Sholehah lah setiap hari, siapa tau esok mati.

Green - Ice Cream

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan di Tanah Surga: Melebur bersama di bumi Sikerei "Masura Magata Mentawai"

17 April 2022   23:40 Diperbarui: 18 April 2022   00:03 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bekal keinginan berpetualang, mencoba hal baru dan sampailah takdir mendamparkan ke Desa Muntei Pulau Siberut Selatan Kep.Mentawai pada tahun 2016. Program wajib perkuliahan bernama Kuliah Kerja Nyata "KKN" menawarkan berbagai kategori, reguler (tempat KKN yang ditetapkan di dalam Provinsi Sumatra Barat, tapi entah dimana akan ditempatkan, tidak ada yang tau) lalu program lainnya, dan ada yang sangat menarik dari program KKN ini yaitu KKN Kep.Mentawai. Mendengar Mentawai, seketika jiwa petualang itu muncul dan bergejolak. Mendapatkan dan lulus untuk bisa berpartisipasi di KKN khusus Mentawai ini seketika menjadi sebuah keharusan bagi si jiwa petualang ini. Takdir Allah sungguh luar biasa, jika dikatakan takdir bak air mengalir, maka aliran takdir itu pada ramadhan tahun 2016 menepi di kebahagiaan lulus sebagai mahasiswa KKN Kep.Mentawai. Dengan segala drama restu orangtua, hingga berlabuh di restui dan didoakan segala sesuatunya berjalan lancar, hingga keselamatan pulang pergi. Sebuah pengalaman barupun dimulai. Perkenalan dengan kelompok satu penempatan desa pun dimulai, ya warna-warni itu mulai terlihat. Satu universitas, bermacam jurusan, serta beragam agama dan suku bangsa. Ada yang beragama islam, kristen, bahkan muslim yang baru (mu'alaf) pun ada. Ada anak suku Minang, Batak karo, melayu juga ada.

Belum terbayang akan seperti apa ramadhan ditahun itu. Namun kesan pertama di pertemuan pertama teman sekelompok memberi rasa percaya diri, bahwa ramadhan kali itu akan menjadi sesuatu yang tidak mudah dilupakan. Berbekal Doa orang tua, kepercayaan diri, serta percaya satu sama lain, berangkat ke Mentawai menggunakan kapal besar yang memakan waktu delapan belas jam dari Kota Padang ke Pulau Siberut Selatan pun dijalani. Berbuka di atas kapal, tarawih diatas kapal, hingga sahur diatas kapal. Disana toleransi itu nyata. Toleransi beragama itu terlihat ketika teman-teman yang bukan muslim ikut sahur bersama yang muslim. Ketika shalat tarawih di atas kapal dilaksanakan di lantai ter atas kapal, teman-teman non muslim menjadi penjaga barang-barang bawaan di dalam kamar. Begitu pula dengan berbuka sesampainya di Siberut, teman non muslim tidak kalah semangatnya untuk menanti waktu berbuka. Entah ikut puasa atau tidak, namun tidak pernah mereka makan atau minum didepan yang berpuasa.

Warna-warni itu kembali bertambah beragam, ketika sesampainya di Siberut, ternyata mayoritas agama masyarakat disana adalah non muslim. Gereja dimana-mana, dalam satu desa terdapat seingat nya ada tiga gereja besar, dan beberapa gereja kecil. Diantara gereja tersebut terdapat satu mesjid kecil. Ibadah shalat lima waktu berjalan lancar, serta tarawih di mesjid berjalan lancar setiap malam, begitupun ibadah di gereja berjalan lancar pula. Sangat indahnya perbedaan. Tidak saling ganggu, namun tidak putus jua silaturrahminya. Hidup berdampingan, dan hidup saling menjaga kepentingan masing-masing. Meski muslim terhitung 1:10 dengan non muslim, dan hanya ada satu mesjid kecil dalam satu desa, tidak terlihat sikut menyikut antar umat beragamanya. Bahkan ketika ada acara besar seperti pesta pernikahan, tempat makan dan lokasi makan untuk umat muslim dan non muslim di pisahkan tuan rumah. Tradisi adanya menu non halal dikarenakan sebagian besar masyarakat non muslimnya memiliki babi sebagai hewan ternak. Namun menu ayam atau sejenisnya juga disediakan untuk tamu muslim yang datang.

Sedikit berbeda dengan KKN di daerah lain, mereka pada umumnya satu kelompok tinggal disatu rumah. Namun KKN di Mentawai khususnya Pulau Siberut Desa Muntei ini, satu mahasiswa tinggal di satu rumah warga. Dalam kata lain, satu mahasiswa memiliki keluarga barunya disini. Memiliki ayah, ibu serta saudara baru. Dan seluruh mahasiswa diamanahi tinggal di rumah non muslim. Sempat bertanya-tanya, apakah akan nyaman nantinya tinggal serumah dengan non-muslim ? Ternyata berkat doa orangtua dan toleransi yang tinggi, semuanya berjalan lancar dan melebihi ekspektasi sebelumnya. Untuk sahur dan berbuka selama ramadhan telah ditetapkan satu rumah sebagai lokasi memasak dan makan. Rumah tersebut terletak paling depan. Hingga terbentu kesepakatan dan kebiasaan, rumah paling ujung (belakang) dia wajib bangun dan menjemput teman dirumah sebelah, begitu seterusnya hingga sampai kerumah paling ujung (depan) sehingga tidak ada yang tidak ikut sahur. Tim piket memasak pun diatur berdasarkan wilayah dusun rumah, sehingga lebih memudahkan dalam berkomunikasi. Tidak terbayang akan se seru itu. Muslim atau non muslim ia tetap piket memasak sahur maupun berbuka, meski siangnya mereka yang non muslim makan kembali bersama teman muslim yang berhalangan untuk puasa.

Disana berbagai pengalaman didapatkan. Mulai dari bahasa setempat. Tidak semua masyarakatnya mampu dan mengerti bahasa Indonesia, apalagi bahasa minang yang kami kuasai. Ia memiliki bahasa sendiri, bahasa Mentawai yang bahkan antar pulau juga terkadang memiliki sedikit perbedaan pula, salah satu contoh bahasa Mentawai yaitu "masura bagata" yang artinya terima kasih, "ale" yang artinya teman dan banyak kosa kata lainnya. Bertemu langsung dengan suku Sikerei yang terkenal didunia pun menjadi pengalaman yang akan selalu dikenang, ikut serta melayat ketika da yang meninggal dengan tradisi adat setempat pun menjadi tidak kalah menarik. Diajak berjalan-jalan ke pulau yang indah-indah dengan pasir yang putih serta pantai yang masih sangat terjaga dengan ombak yang menakjubkan. Bertemu dan melihat lumba-lumba dari atas pompong (perahu) ditengah laut ketika senja diperjalan pulang dari pulau. Memancing ikan ke laut, mencari udang, lobster dan kerang ke hutan bakau, hingga ikut panen ke ladang keluarga baru disana. Makan banyak seafood secara gratis kapan saja, serta mencari ulat sagu ke hutan untuk yang mau memakannya, tidak lupa rusa dan binatang lainnya yang biasa dikonsumsi masyarakat setempat. Teman non muslim menikmati makanan yang jarang ia dapatkan, dan teman muslim ikut bahagia untuk itu. Ketika tilawah qur'an di rumah, sempat salah seorang anggota rumah (mamak : ibu pemilik rumah) bertanya, apa judul lagunya ? Sebab pada saat itu, disana sedang terkenal lagu Kun Anta. Menjelaskan apa yang kita anut menjadi sesuatu yang menarik bagi mereka, dan menjadi sesuatu yang menarik juga bagi kita. Suatu ketika ketika sedang menjalankan program KKN di SD, hari pun hujan dan tidak sempat untuk mengangkat jemuran pulang. Ternyata jemuran diangkatkan oleh adik serumah. Sesampainya di dumah, didapati mamak memarahi adik. Ia menyangka adik merobekkan kaus kaki ku, padahal sebenarnya tidak. Kaus kaki yang mamak maksud adalah handshock ku yang memang memiliki lubang dikedua sisinya. Semua tertawa ketika tau fakta itu. Tidak ada kedamaian yang lebih indah jika adanya saling menghargai. Allah pun berfirman sebagai berikut,

 - yakni untukmu agamamu dan untukku agamaku. Qs.Alkafirun ayat 6

Indonesia kaya akan suku, agama dan bahasa. Dan sebgaian kecilnya telah Allah tunjukkan melalui pengalaman berkunjung ke Desa Muntei Kec. Siberut Selatan,Kep. Mentawai. Terdapat tiga dusun, dimulai dari depan Dusun Muntei, Dusun Peining Butet serta Dusun Pariok di ujung belakang. Semoga keberagaman ini tetap terjaga, serta toleransi semakin tinggi, hingga kedamaian tetap terpelihara. Berbeda itu indah jika saling menghormati. Abadi selalu toleransi. Kehidpuan yang berdampingan d Desa Muntei adalah salah satu wujud nyata Bhineka tunggal Ika. -Ig.rasumitaa
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun