Bahagia rasanya melihat semakin banyak muslimah yang mengenakan hijab, menutupi aurat di tengah kesibukan aktifitas. Di mata saya, mereka lebih cantik, lebih anggun, dan lebih berharga karena terjaga. Namun terbersit rasa untuk bertanya, apa ya motivasi mereka? Karena wajibkah? Lalu bagaimana menyentuh mereka yang belum berhijab, ketika kata-kata "wajib" tidak membuat jarak lebih dekat.
Jelas tertera di kitab suci agar wanita menutup auratnya, diperkuat dalam hadist nabi yang memuat banyak riwayat mewajibkan pemakaiannya. Namun cukupkah itu menggerakkan hati mereka? Bagi sebagian wanita mungkin iya, mereka mendengar dan mentaatinya tanpa kisah. Namun, banyak pula yang berlalu begitu saja dengan berkata "tidak tahu pasti hukumnya" atau "belum sanggup melaksanakannya" atau bahkan menilai "yang berhijab pun belum tentu lebih sempurna".
Namun, mengapa mensandingkan berhijab dengan kesempurnaan? Hijab bukanlah sertifikat sempurna, hijab adalah tanda bahwa kita sedang berusaha menjadi hamba-Nya yang lebih baik. Apakah itu lebih baik karena berusaha menuruti perintah-Nya, lebih baik karena menjaga dirinya, atau lebih baik karena dengan hijabnya ia mendekatkan hati dengan Allah Yang Maha Menyayangi.
Percayakah kita bahwa Allah Maha Penyayang? Yakinkah jika Allah menyayangi hamba-Nya bagaimana pun dia, selama ia masih mau kembali pada-Nya? Allah memaafkan kesalahannya, Allah menyambut taubatnya, Allah menutup aibnya, Allah mencurahkan rahmat dan kasih sayang padanya, bahkan memerintahkan malaikat untuk mendoakannya.
Tidaklah Allah meminta untuk menyulitkan, tidak pula untuk membebankan. Lunakkanlah hati sejenak, rasakan betapa Allah ingin menjaga ciptaan-Nya yang indah: menjaga kecantikannya, menjaga keelokan tubuhnya, menjaga kehormatannya. Allah perlakukan wanita istimewa karena Dia menciptakannya untuk tugas yang mulia, menjadi ibu bagi penerus khalifah di dunia.
Rasakan cinta Allah dalam ruh kita, nikmati betapa hijab menutup helai demi helai rambut kita, pakaian dengan lembut menyentuh telapak tangan hingga kaki dengan sebaik-baiknya, dan desiskanlah, "berhijabku demi cinta-Mu ya Allah."
Ketika cinta, kita tidak perlu lagi bertanya "kenapa". Ketika cinta, kita menjaga diri untuk setia. Ketika cinta, hanya yang terbaik yang kita punya untuk-Nya.
Hijab tidak lagi dirasa sebagai kewajiban, namun ditempatkan dalam iman sebagai hak kita untuk mengekalkan cinta kepada Tuhan.
Dalam hening, biarkanlah hati dan takwa yang bicara. Mendekatlah pada cinta-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H