Akhir-akhir ini wacana ketidakharmonisan di Masjid Al Hidayah Bona Sarana Indah makin meruncing. Seperti biasa, DKM lama, yang terdiri dari orang-orang tua serakah yang sudah 30 tahun lebih menguasai masjid tidak mau kehilangan tahta. Masalah bergulir sejak bulan juni 2023 lalu, saat terbentuk ide renovasi masjid, sehingga ada pemilihan panitia oleh warga umat muslim di Bona Sarana Indah.
Masalah Yayasan-DKM-WARGA memang menjadi masalah klise dan umum di masyarakat kita. Dari situ harusnya menjadi bahan refleksi diri dan ada upaya perbaikan, toh kita hidup di wilayah yang santun dan damai tentram.Â
Ketua panitia ditempati oleh Bpk Didin, kemudian saya ingat betul saat Pak Yusuf RT 01 dengan semangat menghitung area fasum fasos dan wakaf yang kini menjadi masjid dan toko-toko rombeng depan masjid. Kemudian Bersama pak Sofyansah, mereka melakukan studi banding ke beberapa masjid untuk mencari referensi.
Berjalan waktu, DKM yang terdiri dari beberapa nama seperti pak Sofyansah, pak Purwanto dan pak Amrin Oesin rupanya terlalu mendominasi dan mengintervensi panitia Pembangunan masjid dengan gaya sok bossy kata anak milenial. Sorry to say, they like the owner of masjid lah... ngeselin. Alasannya sederhana dan masuk akal sih, mereka orang Yayasan yang mengelola masjid. Sementara panitia adalah warga, orang-orang muslim yang sehari-hari sholat jamaah di masjid, enggan capek-capek cari duit dan bangun masjid hanya untuk dipersembahkan kepada paduka Yayasan.
Selama 30 tahun lebih Yayasan mengelola masjid, DKM dibawah Yayasan dan setiap ada DKM baru, pasti didepak oleh Yayasan. Alhasil DKM dan Yayasan mbulet ditangani oleh orang yang sama selama 30 tahun tanpa ada regenerasi dan sangat absolut. Yap, seperti pemerintahan Kim Jong Un.
Sekitar tahun 1997, ada Bapak Rizal Pohan, Â yang terpilih menjadi DKM, seminggu lengser karena disurati Yayasan. Kemudian beberapa windu kemudian ada Bapak Mahfud yang dengan lantang ingin memecat (ustad) Yusuf yang diindikasi Syiah, gagal dan beliau pun terguling, terkapar, tak berdaya dengan tutup mulut, entah apa yang membuat beliau begitu. Dan kini... hmmmm....
Dalam ilmu manajemen, bahkan tingkat terendah dalam sebuah organisasi harus ada rotasi posisi, mengingat rasa jenuh yang akan menurunkan kemampuan dan kompetensi seseorang SDM, namun para penggenggam Yayasan merasa sangat nyaman duduk dan menguasai sesuatu yang sebenarnya milik ummat.
Pada iedul adha lalu (ustad) Yusuf dengan bangga menyatakan bahwa kas masjid sebanyak kurang lebih Rp  360 Juta. Duit sebanyak itu disimpan di masjid yang dinding aulanya penuh tambalan. Warga di komplek tercinta sudah senior, kalau subuh di masjid, jangan heran kalau beberapa dari mereka terbirit-birit pulang karena kebelet dan WC TIDAK BISA DIAKSES. Hahahahaha... saya suka ngakak kalau mendengar kisah ini, ngaco luar biasa yang mengelola masjid kita ya! Apa gunanya 360juta dikas kalau warga tidak bisa dengan nyaman menyelesaikan hajat di fasilitas yang tiap hari ditabung uang. Uang kencleng untuk masjid, bukan untuk disebut-sebut dengan bangga setiap hari jumat.
Anyway, long short story, Bapak Haji Didin Samsudin terpilih menjadi ketua DKM Al-Hidayah pada tanggal 29 juni 2024 melalui pertemuan dengan seluruh RT, RW, Lurah, Camat, Dewan Masjid Indonesia, sampai Kepolisian Tangerang hadir. Suara bulat mengganti DKM. Masyaa Allah Tabarokalloh. Apakah lalu masalah selesai? Oh tentu saja tidak! jangan lupakan kasus ketua-ketua sebelumnya yang dilengser semena-mena oleh tuan-tuan Yayasan Al Hidayah yang  terhormat.
Cerita lama muncul beberapa saat setelah Pak Didin menjabat. Surat-surat Yayasan menghampiri Pak Didin, isinya... ga usah dispill disini, tapi cerita lama lah... intinya Yayasan tetap bilang mereka yang berkuasa. Namun lucunya, uang kas masjid sebesar Rp 360 juta adalah milik Yayasan! Tindakan menyimpan erat kas masjid atas nama Yayasan. Kedudukan Yayasan diatas warga! Astaghfirullah ya Allah... kencleng yang kita isi gocengan tiap hari diketekin juga!!
Pak RW, H. Syafril Elain mengadakan pertemuan membahas hal-hal yang berkaitan dengan operasional dan keadaan masjid pada tanggal 2 Juli 2024, dan alhamdulillah langsung terkumpul dana untuk melakukan pengelolaan secara mandiri. Bandahara Pak Nizar langsung open donation ke rekeningnya atas nama masjid.
Masalah belum berakhir, rupanya Pembangunan masjid masih belum bisa berjalan karena Yayasan Al Hidayah tidak mau menyerahkan area-area wakaf dan warung-warung rombeng yang salah satunya ada usaha binatu milik ibu Purwanto. Tim Arsitek : Pak Irmanzah, pak Yusuf dan terutama Mba Irvi yang cantik, yang sudah membuat rancangan gambar di tanah seluas 900m2 yang harus dikoreksi karena lahan fasum fasos yang diserahkan hanya akan seluas  400m2 saja.
Masih kurang greget??
Sudah tau sekarang, Masjid Al-Hidayah milik siapa?
Penulis membeberkan ini semata-mata ingin mengajak warga untuk membuka mata, telinga dan hati. Mengakui apa-apa yang janggal. tidak hanya diam kemudian ditindas oleh orang-orang yang memiliki kepentingan. Kita harus membela Islam, bukan perpecahan. Mari selamatkan masjid kita.
Wallohualam bisshowab.
Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H