Diskusi, Publikasi dan Aksi. Slogan ini sebenarnya berangkat dari keprihatinan Monash terhadap mahasiswa saat ini (yang kemungkinan dimulai sejak pasca reformasi) telah kehilangan jati dirinya. Mahasiswa sangat identik dengan kegiatan akademis, yang salah satunya tercermin dalam budaya diskusi. Namun, saat ini tradisi luhur mahasiswa itu tampaknya sudah kian menurun, bahkan cenderung menukik menuju hilang.
Dengan demikian, jika tidak ada upaya penyelamatan, bukan tidak mungkin ke depan diskusi akan menjadi tradisi asing bagi mahasiswa. Diskusi merupakan sarana untuk bertukar pikiran, pendapat, gagasan atau ide antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau mencari solusi atas permasalahan. Banyak dikusi juga akan berpengaruh pada kebutuhan mahasiswa untuk membaca buku, informasi, keadaan, membaca apa pun.
Apalagi berhubungan dengan fungsi dan peran mahasiswa sebagai agent of social chang dan sosial kontrol, tentu diskusi merupakan bagian dari mekanisme yang sangat urgen untuk melaksanakan peran tersebut. Permasalahan bangsa semakin hari kian kompleks, misalnya korupsi semakin memprihatinkan, hukum bisa dengan mudah dibeli, biaya pendidikan mahal, kemampuan ekonomi rakyat semakin merosot dan sebagainya. Semua itu memanggil nalar kritis mahasiswa ikut berperan mencari solusi untuk penyelesian terbaik. Karena itu, diskusi menjadi kegiatan wajib bagi mahasiswa. Tanpa diskusi, mahasiswa bukanlah mahasiswa.
Bagian trilogi yang kedua, publikasi. Kegiatan yang satu ini mencerminkan budaya akademisi yang merupakan hasil berpikir ilmiah berdasarkan indikator logis, empiris dan rasional. Tidak bisa disangkal, menulis merupakan bagian wajib bagi akademisi termasuk mahasiswa. Salah satu fakta empirik yang membuktikan hal itu, mahasiswa diwajibkan menulis karya ilmiah; skripsi, tesis, desertasi sebagai syarat kelulusan dan memperoleh gelar dari perguruan tinggi. Selain itu, hasil diskusi (bagian pertama trilogi) perlu dipublikasikan agar semua elemen bangsa tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Aksi menjadi bagian terakhir dari trilogi tugas mahasiswa yang harus dipenuhi. Aksi ini merupakan upaya nyata mahasiswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam membangun umat dan bangsa. Aksi bisa dilakukan melalui audiensi, demonstrasi, bakti sosial dan lainnya. Tentu bangsa Indonesia tidak lupa, salah satu yang menyebabkan lenyapnya Orde Baru berganti dengan era reformasi adalah demontrasi mahasiswa dan elemen lainnya. Hal itu membuktikan demontrasi bagian penting kegiatan mahasiswa yang harus dijalankan.
Mahasiswa tanpa diskusi akan mati, disebabkan keringnya nalar kritis akademisi. Tanpa diskusi, mahasiswa hanya akan berapologi. Jangankan publikasi, onani intelektual pun tidak akan terjadi. Mahasiswa yang seharusnya menjadi makhluk pemberani tidak lagi punya taji, apalagi berharap aksi. Karena itu, mahasiswa tanpa diskusi, publikasi dan aksi tidaklah layak disebut mahasiswa. Itu sama saja mahasiswa telah mati.