Mohon tunggu...
Muhammad Arifin
Muhammad Arifin Mohon Tunggu... -

the good entreprenuer and the good leader

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepucuk Surat buat Presiden dari Putri Nahkoda MV Sinar Kudus

8 April 2011   13:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:00 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13022699291653747462

Sejak Rabu 16 Maret 2011, sebuah kapal Indonesia, Sinar Kudus dibajak oleh 50 perompak Somalia. Kapal milik PT Samudera Indonesia itu dihadang di timur laut Pulau Socotra. Bahkan, para perompak bersenjata menggunakan Sinar Kudus untuk menyerang kapal Liberia. Namun aksi bajak laut itu gagal setelah baku tembak dengan petugas keamanan. Hampir sebulan berlalu, nasib 20 anak buah kapal (ABK) tak jelas. Mereka terkatung-katung di tengah laut, disekap pembajak bersenjata, dengan suplai makanan yang makin menipis. Hari ini, Jumat 8 April 2011, redaksi VIVAnews menerima kiriman surat elektronik dari Rezky Judiana, putri nahkoda Kapal Sinar Kudus, Slamet Juari. Surat itu ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meminta pemerintah peduli dan berusaha membebaskan warganya dari tangan bajak laut. "Pada keluarga, Papa bilang kondisinya aman, tapi di sebuah media, dia bercerita, makan hanya sekali sehari, persediaan makanan habis," ungkap Rezky, haru, saat dihubungi VIVAnews.com, Jumat 8 April 2011. Mahasiswi jurusan teknik sipil Universitas Trisakti ini menceritakan, awalnya, keluarganya tak mau mem-blow up masalah ini. "Tapi, Abang saya SMS, dia nggak tahan, Mama menangis terus," kata Rezky. "Saya bingung, kami semua bingung." Berikut surat Rezky yang ditujukan pada Presiden SBY: Assalamualaikum Pak Presiden, Melalui jejaring media ini, saya Rezky (Kiki), seorang mahasiswi. Saya memiliki permohonan, untuk Bapak membaca pesan ini.. Ayah saya (Slamet Juari) dan 19 ABK sudah sebulan menjadi korban penyanderaan perompak Somalia, sejak tanggal 16 Maret 2011. Sampai sekarang mereka pun masih di tengah perairan dengan persediaan makanan yang menipis. Saya hanya ingin suatu kebijakan dari Indonesia untuk membebaskan Ayah dan 19 ABK nya. Saya berfikir Indonesia lambat dalam menangani masalah ini, entah itu adalah pemikiran saya yang salah, atau mungkin, diam adalah sebuah strategi. Setiap hari pasti kami berdoa, namun sampai kapan menunggu tanpa bertindak? Disamping itu, akan makan apa mereka nanti? Maaf apabila ada kata-kata yang salah, saya hanya ingin Ibu dan keluarga tidak menangis lagi..Wassalamualaikum Semoga tidak ada lagi nyawa putra putra negeri ini yang terbuang sia sia karena ketidakpedulian petinggi negeri ini .. yang dengan santainya berkata "rakyat hanya tau urusan perut" , karena mereka yang ditengah laut sana, dibawah intimidasi laras senjata juga merupakan pembayar pajak dan penyumbang devisa , dan salah satunya untuk bangun gedung untuk para wakil rakyat kita yang terhormat ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun