Mohon tunggu...
Alwin Iswanto Lase
Alwin Iswanto Lase Mohon Tunggu... Pegawai Honorer -

Senang bisa berguna bagi orang lain. https://lasealwin.info/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Seleksi Alam Jaman Sekarang

24 Oktober 2015   09:45 Diperbarui: 24 Oktober 2015   09:45 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia usaha ceritanya fluktuatif tergantung dari kondisi ekonomi dan minat masyarakat itu sendiri. Sayang, ceritanya banyak yang tidak mau dirugikan dan mengakali bagaimana kerugian itu masuk dalam rencana B dan keluar menghasilkan cashback yang lumayan.

Pintar-pintar pengusaha jaman sekarang, sorong sana, sorong sini, tembus kedalam, muncret keluar yang penting ‘fulus’ lancar. Ayo kita bahas kelicikan orang kita sendiri :

  • Putar otak – putar fakta, bagaimana produk tidak dimakan usia : boraks, formalin.
  • Putar otak – putar fakta, bagaimana produk terus digemari konsumen : ganja, narkotika.
  • Putar otak – putar fakta, bagaimana fakta yang satu disembunyikan sedang fakta yang lain ditonjolkan sehingga menimbulkan keresahan yang menguntungkan pengusaha.
  • Putar otak – putar fakta, bagaimana produk bisa menarik hati konsumen tanpa memperhatikan faktor keamanan.
  • Putar otak – putar fakta, bagaimana kerugian semakin diciutkan bahkan dinolkan bila perlu.

Yang bodoh semakin terbelakang yang pintar diam-diam aja sedang si raja hutan sibuk dengan masalah pribadi. Ayo kita bahas fakta-fakta dilapangan :

  1. Kotak ajaib yang merupakan bendera di setiap rumah menjadi ajang kekerasan, ajang penghinaan dan ajang pembodohan masal.
  2. Kotak ajaib sebagai permainan kesombongan alat untuk mempertontonkan obstruksi sosial yang tidak mendidik
  3. Penggunaan bahan kimia berbahaya untuk mempertahankan keawetan makanan.
  4. Penggunaan pewarna tekstil tak berbatas untuk menghemat biaya produksi.
  5. Penggunaan bahan tambahan makanan yang tak berbatas.
  6. Secara diam-diam dan terselubung narkotika ditambahkan untuk menggilai konsumen.
  7. Pengolahan sisa produksi yang telah kadaluarsa menjadi produk lain yang terus diperjual-belikan.
  8. Pendistribusian produk-produk yang tidak layak di pelosok-pelosok.
  9. Peredaran produk-produk tanpa alamat perusahaan yang jelas.
  10. Peredaran produk-produk tanpa ijin Dinkes
  11. Perdagangan produk-produk yang telah kadaluarsa tidak terpantau.
  12. Pada akhirnya rakyat dipedalamam, rakyat yang tidak tau apa-apa menjadi korban.
  13. Tindakan rehabilitasi lebih boros dan menguntungkan pihak tertentu.

Kalangan industri dan intelektual menindas kalangan bawah : kalangan bawah yang orientasinya pada sumber daya alam adat bertahan dengan merusak alam itu sendiri (menjual tanahnya, menjual tanamannya, menebang kayu, merusak hutan). Pada akahirnya ekploitasi alam meluas dan tidak terkendali. Tatanan naturalis rusak : suhu udara meningkat, angin puting beliung menerpa, banjir-longsor melanda, kemarau-kering dimana-mana. Dan sekarang air bahkan air cuci sempak menjadi komoditas yang harus dibeli, besok-besok udarapun akan dibeli juga.

Seperti rimba saja kalangan atas dan kaum intelektual maju terus sekonyong-konyong mereka menunggangi kalangan bawah yang perlahan-lahan diperah dan semakin terpojok. Pemerintah sebagai pengendali perlu menunjukkan taringnya biar yang jahat tidak merajalela.

Inilah seleksi alam jaman sekarang. Pintar-pintarlah karena dari semua yang kelihatan mulus ada kedekilan terkandung dan siap menyisihkan anda!
Pintar-pintarlah karena diluar sana ada musang barbulu domba!
Pintar-pintarlah karena kebusukan itu semakin dekat!
Pintar-pintarlah karena yang kelihatan jauh berbeda dari watak sebenarnya!
Pintar-pintarlah karena pembatas antara yang baik dan yang jahat itu tidak ada!
Pintar-pintarlah dan perbanyak informan anda!
Pintar-pintarlah dan perluas relasi anda!
Pintar-pintarlah dan batasi diri sendiri agar tidak terjerumus dan terjun bebas !

Referensi kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun