Mohon tunggu...
Muhammad FaizilAdhim
Muhammad FaizilAdhim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Biasa

mahasiswa dengan latar belakang yang biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Pandangan Para Kum Orientalis Terhadap Kemajuan Pengetahuan Islam Pada Saat Islam Sedang Berkembang Pesat

14 Desember 2024   20:58 Diperbarui: 14 Desember 2024   20:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaum Orientalis https://islami.co/sejarah-orientalisme-1-kebencian-kritik-terhadap-al-quran-dan-hadis/

Kemajuan pengetahuan Islam pada masa keemasan, terutama di bawah pemerintahan Dinasti Abbasiyah, menjadi salah satu fenomena sejarah yang menarik perhatian banyak sarjana, termasuk kaum orientalis. Masa ini, yang sering disebut sebagai Golden Age of Islam, menyaksikan perkembangan luar biasa di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, kedokteran, astronomi, matematika, seni, hingga teknologi. Pada saat Eropa berada dalam Abad Kegelapan, dunia Islam menjadi mercusuar ilmu pengetahuan, dengan kota-kota seperti Baghdad, Damaskus, Kordoba, dan Samarkand menjadi pusat intelektual dunia. Para orientalis, yakni sarjana-sarjana Barat yang mempelajari budaya, agama, dan sejarah Timur, memiliki pandangan yang sangat beragam mengenai kemajuan ini.Sebagian orientalis pada abad ke-18 dan 19 memandang kemajuan pengetahuan Islam dengan penuh kekaguman. Mereka memuji bagaimana umat Islam berhasil menyelamatkan, mengembangkan, dan menyebarkan warisan intelektual Yunani dan Romawi yang hampir hilang. Edward Gibbon, seorang sejarawan Inggris, dalam karyanya The Decline and Fall of the Roman Empire menyebut bahwa dunia Islam bukan hanya sebagai penjaga warisan Yunani, tetapi juga sebagai inovator yang berhasil membawa pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam pandangan ini, umat Islam dianggap telah memainkan peran penting dalam membangun jembatan antara dunia kuno dan dunia modern.

Namun, ada pula orientalis yang lebih kritis, seperti Ernest Renan, yang menyatakan bahwa kontribusi ilmu pengetahuan dari dunia Islam lebih merupakan hasil pengaruh eksternal, terutama filsafat Yunani, daripada hasil dari dorongan internal ajaran Islam. Renan berpendapat bahwa agama Islam memiliki sifat yang tidak kompatibel dengan perkembangan ilmiah, sehingga kemajuan di dunia Islam hanya dapat dijelaskan melalui asimilasi budaya asing. Pendapat ini telah banyak dikritik, terutama oleh para sarjana modern, karena mengabaikan inovasi yang dilakukan oleh para ilmuwan Muslim seperti Al-Khawarizmi dalam matematika, Ibnu Sina dalam kedokteran, dan Al-Razi dalam kimia.

Pada abad ke-20, pandangan orientalis mulai berubah seiring dengan perkembangan pendekatan akademik yang lebih objektif dan komprehensif. Para sarjana seperti Montgomery Watt dan Marshall Hodgson memandang bahwa Islam memiliki peran penting dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan. Hodgson, dalam magnum opus-nya The Venture of Islam, menegaskan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam bukan sekadar hasil pengaruh Yunani, tetapi juga didorong oleh motivasi internal yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri. Konsep Islam yang mendorong umatnya untuk membaca, merenung, dan memahami tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam semesta menjadi pendorong utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Orientalis modern juga menyoroti bagaimana tradisi ilmiah Islam tidak hanya melanjutkan warisan Yunani, tetapi juga menciptakan inovasi-inovasi baru. Sebagai contoh, Al-Khawarizmi, yang dikenal sebagai "bapak aljabar," mengembangkan konsep-konsep matematika baru yang menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern. Ibnu Sina, melalui karya-karya kedokterannya seperti Al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine), menjadi rujukan utama di Eropa hingga beberapa abad setelah masa kejayaannya. Selain itu, tradisi ilmiah Islam juga mendorong integrasi antara ilmu agama dan ilmu duniawi, sehingga menciptakan pendekatan holistik yang jarang ditemukan dalam peradaban lain.

Namun, kritik terhadap orientalisme juga muncul, terutama dari Edward Said dalam bukunya Orientalism. Said menunjukkan bagaimana banyak orientalis awal memandang dunia Islam dengan bias kolonial dan tendensi untuk meremehkan kontribusi Islam. Menurut Said, orientalis sering kali menggambarkan Islam sebagai peradaban yang stagnan, tertinggal, atau semata-mata sebagai penerus pasif peradaban Yunani-Romawi. Kritik ini membuka jalan bagi pendekatan yang lebih seimbang dalam studi tentang kemajuan Islam. > Lascreaaa Isn't it?: Pandangan orientalis terhadap kemajuan pengetahuan Islam mencerminkan dinamika yang kompleks. Di satu sisi, ada kekaguman terhadap pencapaian intelektual Islam, seperti dalam bidang astronomi oleh Al-Biruni, kedokteran oleh Al-Zahrawi, dan filsafat oleh Al-Farabi. Di sisi lain, terdapat kritik yang berakar dari bias kebudayaan dan ideologi. Namun, orientalis modern semakin menunjukkan apresiasi terhadap bagaimana tradisi ilmiah Islam memainkan peran kunci dalam membentuk peradaban dunia.

Secara keseluruhan, kemajuan pengetahuan Islam pada masa keemasannya merupakan bukti nyata bahwa agama dan ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan. Islam tidak hanya menjadi pusat peradaban dunia pada masanya, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini. Pandangan orientalis terhadap fenomena ini, meskipun beragam, pada akhirnya memperkaya pemahaman kita tentang kontribusi besar Islam terhadap sejarah peradaban manusia. Dengan demikian, kajian orientalis tentang kemajuan Islam tidak hanya mencerminkan minat akademik, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya dialog lintas budaya dalam memahami warisan intelektual global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun