Ketika itu,
aku mengenangmu disudut
kota kecil tempat pengasingaku.
Aku mulai merangkai sebuah episod
tentang aku dan kau,
berlahan ku munculkan diksi
yang membuatku terlelap.
Mimpiku adalah tempat persinggahanmu,
aku tak tau harus menyalahkan siapa
saat mimpiku usai. Yang harus kau tau
adalah jiwaku hanya terisi tentangmu,
imajiku lebih aktif mengambarkanmu dan
seluruh kota ini sudah diisi banyanganmu.
Aku terjebak pada fase ini,
aku terkurung layaknya koruptor.
Menjerit agar dibebaskan tapi aku tak tau
kepada siapakah aku harus mengadu,
cara bangkitku sudah lenyap, aku terpuruk,
bingung dan frustasi.
Ku ceritakan pada dinding tak bernyawa,
memanjakanmu didepan hujan.
Aku terlantar setelah kepergianmu,
tak ada tempat perteduhanku
yang dapat kusinggahi hingga
aku ditertawakan oleh mereka.
#Manado, 24 Agustus 2022
#Lasarus Goleo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H