DRAMATIC Person:
·Kakek; Seorang tua penjaga surau
·Laki-laki; Salah seorang warga
·Ajo Sidi; Pencerita
·Haji Saleh; Tokoh Agama
ROBOHNYA SURAU KAMI
ADEGAN 1
SETTING PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH SURAU TUA. DI DEPANNYA ADA KOLAM IKAN, YANG AIRNYA MENGALIR MELALUI EMPAT BUAH PANCURAN. DI PELATARAN KIRI SURAU ITU ADA SEORANG TUA DENGAN SEGALA TINGKAH KETUAANNYA DAN KETAATANNYA BERIBADAH. SUDAH BERTAHUN-TAHUN IA SEBAGAI GARIN, PENJAGA SURAU ITU. ORANG-ORANG MEMANGGILNYA KAKEK.
DI SUDUT BENAR KAKEK DUDUK DENGAN LUTUTNYA MENEGAK MENOPANG TANGAN DAN DAGUNYA. PANDANGANNYA SAYU KE DEPAN, SEOLAH-OLAH ADA SESUATU YANG MENGAMUK PIKIRANNYA. SEBUAH KALENG YANG BERISI MINYAK KELAPA, SEBUAH ASAHAN HALUS, DAN PISAU BERSERAKAN DI SEKITAR KAKINYA.
1.Laki-laki
“Assalamu’alaikum, Assalamu’alaikum!” (Menghampiri Kakek dari belakang).
2.Kakek
(Sedikit kaget), “Astagfirullah. Wa’alaikum Salam. Ayo duduklah! Maaf tadi Kakek tidak mendengar salammu, maklumlah sudah tua!”
3.Laki-laki
“Ada apa Kek, biasanya Kakek gembira menerima kedatanganku. Tidakpernah aku melihat Kakek begitu durja seperti ini.”
4.Kakek
“Tidak ada apa-apa, Kakek baik-baik saja”
5.Laki-laki
(Duduk di samping Kakek kemudian menjamah pisau). “Ini pisau siapa, Kek?”
6.Kakek
“Pisau Ajo Sidi.”
7.Laki-laki
“Ajo Sidi? Jangan-janganIa membuat bualan tentang Kakek?
8.Kakek
“Entahlah, tapi kurang ajar dia! Mudah-mudahan pisau yang akuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggoroknya.”
9.Laki-laki
“Kakek marah?”
10.Kakek
“Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua hanya bisa menahan ragam.Aku takut imanku rusak kalau marah.Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku kepada Tuhan. Dan Tuhan akan mengasihi orang-orang yang sabar dan tawakal.”
11.Laki-laki
“Apa kata Ajo Sidi Kek?”
12.Kakek
(Hening sejenak), “Kau kenal aku, bukan? Kau tahu apa yang akulakukan semua. Terkutukkah perbuatanku?Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain. Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku,lahir batin, hanya kuserahkan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor pun enggan aku membunuhnya.Tapi kini aku dikatakan sebagai umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan.Kalauselama hidup aku mengabdi kepada-Nya?Tak kupikirkan hari esokku,karena aku yakin Tuhan mahapengasih dan penyayang kepada umat-Nya. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk, membangunkan manusia dari tidurnya. Supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca kitab-Nya. ‘Alhamdulillah’ kataku bila aku menerima karunia-Nya. ‘Astagfirullah’ ucapku bila aku terkejut. ‘Masya Allah’. Kataku bila aku kagum. Apakah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.”(Terdiam agak lama).
13.Laki-laki
(Terkejut), “Ajo Sidi mengatakan Kakek begitu?”
14.Kakek
“Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya.”(Terisak menahan tangis).
15.Laki-laki
“Lantas apa kata Ajo Sidi Kek?”
16.Kakek
“Beginilah ceritanya!”
LAMPU BERLAHAN REDUP. MUSIK MENGALIR RITMIS, SUASANA MENJADI TERAMAT TENANG DAN HENING.
ADEGAN 2
MUSIK MENGHENTAK. PANGGUNG DIDOMINASI WARNA BIRU. ADEGAN MEMUTAR PERISTIWA ALUR BALIK. SEPERTI DALAM DIMENSI BERBEDA; AJO SIDI MENYELINAP KE ATAS PANGGUNG DENGAN GAYA DAN DANDANAN KHAS SEORANG PENCERITA.
17.Ajo Sidi
“Aha, ketemu lagi dengan saya. Baiklah, jika kemarin kalian sudah mendengar dongeng tentang ‘Hikayat Seekor Katak’ maka kali ini saya akan mengajak kalian masuki dunia lain, yaitu sebuah surau, yang oleh seseorang menyebutnya sebuah rumah keabadian kelak di akhirat.
Ya, aku akan memulai cerita ini dari seorang yang bernama Haji Saleh. Sahdan. Padasuatu waktu, di akhirat Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Ditangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Dan diantara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukan ke surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala.
Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyuman ejekan. Dan ketika melihat orang yang masuk surga, Ia melambaikan tangannya,seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti di surga’.
Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri, begitu panjangnya.Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.
Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga Ia bersujud menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan-Nya”.
SEGALANYA DENGAN CEPAT BERUBAH. SUASANA MENJADI MENCEKAM, HAJI SALEH SEKARANG HADIR MENJADI TERDAKWA DAN DIHAKIMI OLEH PERASAAN TAKUT AKAN DOSA-DOSANYA SENDIRI. SEMUA PERTANYAAN TANTANG PERJALANAN SELAMA HIDUPNYA DI DUNIA. AJO SIDI BERPERAN SEBAGAI HAKIM DAN DIDAMPINGI OLEH PULUHAN WAJAH SEBAGAI SAKSI ATAS PERJALANAN HAJI SALEH. DI SINILAH MARTIL PERADILAN DIGELAR.
18.Suara; Ajo Sidi
“Wahai, Engkau!”
19.Haji Saleh
“Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.”
20.Suara; Ajo Sidi
“Aku tidak Tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia. Apa kerjamu di dunia?”
21.Haji Saleh
“Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku. Setiap hari, setiap malam. Bahkansetiap masa aku menyebut-nyebutnama-Mu.Segala tegah-Mu kuhentikan.Tak pernah aku berbuat jahat, walaupun dunia seluruhnya penuh oleh dosa-dosa yang dihumbalangkan iblis laknat itu.”
22.Suara; Ajo Sidi
“Selain itu?”
23.Haji Saleh
“Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain beribadah menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasihmu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan hambah-hambah-Mu.”
24.Suara; Ajo Sidi
“Selain itu?”
25.Haji Saleh
(Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Tubuhnya gemetar Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya), “Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya. O, Tuhan yang Mahabesar, lagi pengasih dan penyayang, Adil dan Maha Tahu.Ooo, anu Tuhanku aku selalu membaca kitab-Mu.Tapi kalau ada yang aku lupa katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah yang Mahatahu”.
26.Suara; Ajo Sidi
“Sungguh tidak ada lagi yang kau kerjakan di dunia selain yang kau ceritakan tadi?”
27.Haji Saleh
“Ya, itulah semuanya, Tuhanku.”
28.Suara; Ajo Sidi
“Masuk kamu ke neraka.”
29.Ajo Sidi
(Berbalik dari kursi hakim dan meloncat ke tengah-tengah panggung, dan menjewer Haji Saleh dari belakang menuju luar panggung), “Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji saleh tidak mengerti kenapa Ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan silap.Tapi alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya waktu di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tidak kurang ibadahnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke mekah dan bergelar Syekh pula.Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka di nerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga.Kemudian mereka bersepakat untuk mendemo Tuhan. Mengingat di dunia dulu, dengan demonstrasi sesuatu yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Lalu mereka bersorak beramai-ramai. Berangkatlah mereka bersama-sama menghadap Tuhan.”
30.Haji Saleh
(Menghadap Tuhan. Haji Saleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dengan suara menggeletar dan berirama, ia memulai orasinya), “O Tuhan kami Yang Mahabesar.Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut Nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu,mempropagandakankeadilan-Mu.Kitab-Mu kami hafal di luar kepala. Tak sesat sedikitpun kami membacanya.Akan tetapi, Tuhanku Yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, saya di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Engkau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali, dan memasukan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.”
31.Suara; Ajo Sidi
“Kalian di dunia tinggal di mana?”
32.Haji Saleh
“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, di negeri yang tanahnya subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam. Tanahyang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak dan berbagai bahan tambang lainnya”
33.Suara; Ajo Sidi
“Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?”
34.Haji Saleh
“Ya.Itulah dia negeri kami.”
35.Suara; Ajo Sidi
“Negeri yang lama diperbudak negeri lain?Negeriyang selalu kacau, hingga kamu dengan saudaramu sendiri selalu berkelahi. Sedanghasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?”
36.Haji Saleh
“Ya, benar Tuhanku. Sungguh laknat mereka itu,Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”
37.Suara; Ajo Sidi
“Engkau rela tetap melarat, bukan?”
38.Haji Saleh
“Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.”
39.Suara; Ajo Sidi
“Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap melarat, bukan?’
40.Haji Saleh
“Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar mengaji.”
41.Suara; Ajo Sidi
“Tapi seperti kamu juga, apa yang dibacanya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?’
42.Haji Saleh
“Ada, Tuhanku.”
43.Suara; Ajo Sidi
“Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka, saling menipu, saling memeras.Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadah saja, karena beribadah tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.Sedang aku menyuruh engkau semuanya bekerja kalau engkau miskin karena kemiskinan dekat sekali dengan kekufuran. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak!. Kamu semua mesti masuk neraka. Wahai Malaikat, halaulah mereka kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!"
44.Haji Saleh
“Salahkah kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?”
45.Suara; Ajo Sidi
“Tidak.Tapi kesalahanmu, karena terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang.Tapi kau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.”
46.Haji Saleh
(Histeris, berjalan mundur keluar panggang).
47.Ajo Sidi
(Menghampiri penonton) “Haha… Demikianlah cerita tentang Haji Saleh dan para penghuni neraka.” (Mengajak penonton bertepuk tangan serta melambaikan tangan dan menundukkan kepala seolah memberi penghormatan kepada para penggemarnya), “Terima kasih, terima kasih.” (Meninggalkan panggung).
ADEGAN 3
SEJENAK MUSIK BERGEMURUH, RIUH OLEH GEMERCIK AIR, DAN DESIR ANGIN. LANTAS TERDENGAR SUARA “TARKHIM” DIKEJAUHAN. SUASANA BEGITU KHUSUK DAN HENING MENGANTAR SEORANG KAKEK DALAM SEDUH SEDAN DOANYA.
48.Kakek
“Ya Allah ya Tuhan kami. Janganlah Engkau jadikan kami berada pada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,dan karuniailah kami rahmat-MU, karena sesungguhnya Engkaulah Mahapemberi. Engkau masukan malam pada siang, Engkau masukan siang pada malam dan Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati,Engkau mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau memberi rizki kepada siapa yang Engkau kehendaki dengan tidak terkira.Ya Allah yang menguasai kerajaan di langit dan bumi, Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu segala kebijakan. Sesungguhnya hanya Engkaulah Mahakuasa atas segala sesuatu.Lailahailalah.”
MENJELANG FAJAR. KAKEKKEDAPATAN MENINGGAL DI SURAUNYA DALAM KEADAAN YANG MENGERIKAN. IA MENGGOROK LEHERNYA SENDIRI DENGAN PISAU YANG DIASAHNYA SENDIRI.
TERDENGAR SAYUP-SAYUP DARI BALIK PANGGUNG YANG GELAP SEBUAH "SULUK KEMATIAN."
DAN PANGGUNG BEGITU SUNYI.
*) Naskah Lakon"Robohnya Surau Kami"
Adaptasi Bebas Dari Cerpen Karya A. A. Navis
Oleh Saiful Anam Assyaibani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H