Mohon tunggu...
Laras
Laras Mohon Tunggu... profesional -

Pengelana bahagia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah Bapa

12 Maret 2017   12:50 Diperbarui: 12 Maret 2017   12:59 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tanda waktunya abadi tanpa segmentasi
Taman jiwa bersemayam tenang dan tenteram
Tanya umat seisi bumi dan semesta alam yang tidak berujung
Tanah terjanji tanpa tepi menguak nurani
Tatkala insan berjalan hanya sendiri,
Tanpa kaupahami, Ia menyambutnya sebagai anak dombanya

Rumus dan teori tidak berbunyi di sini
Ruang dan waktu itu nisbi dan ilahiah
Rumor pun menjadi kesia-siaan konyol
Rusak binasa bagi sesiapa yang mencoba menginjak esensinya
Rupa-rupa muslihat terhanyut sebagai nista keabadian 

Bapaku Maha Kudus
Bahasa manusia tanpa daya menghunus rapuh
Bahkan jika bukan atas kehendak-Nya
Bahtera Nuh tidak akan terkisahkan selamanya
Bala tentara kegelapan
Bagai setitik anasir kelam
Bawa panjinya menyaru fana
Bakal terhilang tanpa kesan.

12 Maret 2017 dalam kembara asa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun