Mohon tunggu...
laras sukmaningtyas
laras sukmaningtyas Mohon Tunggu... karyawan swasta -

i live in a giant time machine. :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Celoteh Siang

24 September 2012   06:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman menulis di akun twitternya : “laki bisa kasar sama perempuan kalo perempuannya itu udah jadi istri, itupun kalo istrinya salah besar. Kecuali itu, berarti lelaki itu BENCONG TOLOL!”

Ada beberapa hal yang bisa kita ambil dari sepenggal kalimat yang bersumber di jejaring sosial berbentuk mikroblog tersebut.

“laki bisa kasar sama perempuan kalo perempuannya itu udah jadi istri, itupun kalau istrinya salah besar”.

Kalimat ini menjelaskan betapa perempuan hanya menjadi objek dalam sebuah pernikahan. Otoritas yang dimiliki laki-laki atas perempuan yang telah ia nikahi memberikan mereka hak untuk menentukan apa yang bisa mereka perbuat pada perempuan. Pernikahan yang patriarkis memberikan laki-laki kekuasaan atas perempuan. Hal ini yang sering kali disalahartikan dalam kasus domestic violence. Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan perempuan membuat laki-laki yang diposisikan sebagai “pemimpin” memiliki kewenangan untuk memberikan konsekuensi pada perempuan.

Pemikiran teman saya itu mengingatkan saya akan nukilan puisi karya Sugiarti, salah seorang sastrawan LEKRA.

“Kami bukan lagi bunga pajangan

Yang layu dalam jambangan

Cantik dan menurut

Indah dalam menyerah

Molek tidak menentang

Ke neraka pasti mengikut

Ke surga hanya menumpang

Kami bukan juga bunga tercampak

Dalam hidup terinjak-injak”

Kalimat selanjutnya : “Kecuali itu, berarti lelaki itu BENCONG TOLOL!”

Entah apa yang dimaksud sebagai bencong dalam kalimat ini, jika dalam kalimat ini “bencong” berarti pengecut, maka sudah jelas kalimat ini menjurus ke arah diskriminasi bagi kaum waria. Laki-laki yang bertindak kasar pada perempuan sering dipandang sebagai “bencong” karena stereotype yang ditanamkan dalam pola pikir masyarakat kita yang mengkotak-kotakkan nilai “jantan” “macho” “bencong” “banci” “tomboy” “feminin”. Bencong dipandang rendah karena pilihannya untuk menjadi wanita, dan orientasi seksualnya yang tidak dapat diubah.

Kesimpulan yang saya dapatkan adalah, teman saya ini bukan jenis laki-laki yang kelak akan saya nikahi. :)

Happy Monday!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun