Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru || Penulis

~ Hujan kecil penghujung November ~

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Membandingkan Anak di Media Sosial: Dampaknya terhadap Orangtua dan Keluarga

5 Juli 2024   09:02 Diperbarui: 5 Juli 2024   10:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.kominfo.go.id/

Saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang sangat penting dari kehidupan sehari-hari. Media sosial menawarkan platform bagi orang tua, salah satunya adalah tempat untuk berbagi momen berharga dan prestasi anak-anak mereka. 

Tidak sedikit orang tua yang sering membagikan momen tersebut setiap saat, bahkan jika momen tersebut sudah lewat namun masih berkesan maka orang tua akan membagikannya kembali di media sosial mereka. Fenomena ini tentunya membawa dampak yang kompleks, terutama dalam hal pembandingan sosial.

Kisah menarik

Sebut saja Mama dari siswa A. Dalam satu kesempatan, saya bertemu dan berbincang dengannya. Ada satu kalimat menarik yang saya dengar yaitu: "Bagaimana ya Bu, anak saya tidak berprestasi di bidang akademik, disuruh ikut kegiatan ekstrakulikuler olahraga gak mau. Boro-boro ikut lomba orang disuruh belajar aja susah. Saya suka iri liat status temen saya yang lagi upload prestasi anak-anaknya yang masuk rangking 3 besar atau 5 besar atau menang lomba ini itu. Anak saya mah, gak bisa banggain orangtuanya. Kalau dibilangin bisanya cuma ngelawan aja." 

Begitulah kira-kira isi kalimatnya. Jujur saya sendiri langsung kaget mendengar seorang ibu yang kecewa berat dengan anaknya, yang sebenarnya anak tersebut adalah anak yang baik, rajin, sopan, rajin mengaji dan bertutur kata yang lembut untuk ukuran seorang anak laki-laki. Namun, kebaikan anak tersebut tidak dilihat oleh ibunya sendiri.

Dikesempatan lain, saya mencoba untuk berbicara dengan siswa A. Mencari tau apakah yang diucapkan oleh mama ini benar adanya atau tidak.  Saya mencoba membuka percakapan dengan menanyakan hal yang ringan tentang bagaimana keadaan kelas dan teman-teman, sampai saya menanyakan hal-hal yang terjadi di rumah.

Saat dia ditanya tentang keadaan kelas dan teman-temannya, dia sangat senang dan bersemangat. Tetapi ketika di tanya tentang hal-hal yang terjadi di rumah, ekspresi mukanya langsung berubah menjadi sedih bercampur marah. Saat itu, saya sudah memahami mengapa ekspresinya langsung berubah.

Pelan-pelan saya tanyakan, "Kenapa langsung sedih? Kalau tidak keberatan, boleh cerita ke ibu, semoga nanti dengan cerita, kamu bisa lebih lega."

Dengan nada bergetar  karena menahan tangis dia bercerita, "bu, saya kesal sama mama saya. Apapun yang saya lakukan itu salah. Maunya mama saya itu saya harus rangking 3 atau 5 besar, atau saya harus ikuti ekstrakulikuler olahraga dan harus memenangkan lomba ini itu. Biar apa bu? Biar mama bisa pamer di media sosialnya kaya temen-temennya. Setiap hari saya kena omelan mama bu, kalau lagi marah, mama selalu membandingkan saya sama anak temen-temen mama yang jauh lebih pintar dan berprestasi."

 Lalu dia mengusap air matanya yang sudah tidak terbendung lagi.

Saya ikut teharu mendengarnya, itulah alasan mengapa dia di cap sebagai anak yang membangkang oleh mamanya.


****

Media sosial memainkan peran yang signifikan dalam meningkatkan tekanan pada orang tua di Indonesia. Misalnya saja: Pembandingan sosial, yang membandingkan prestasi dan kehidupan anak mereka dengan yang ditampilkan orangtua lain di media sosial. Tekanan untuk kesempurnaan, yang dapat menciptakan standar yang tidak realistis bagi orangtua. Atau media sosial sering memperkuat ekspektasi sosial tentang apa yang seharusnya dicapai oleh anak, hal ini dapat menambah tekanan pada orangtua karena dengan itu orangtua akan merasa terpaksa untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi ini bahkan jika itu tidak sesuai dengan kebutuhan atau keinginan anak mereka.

Fenomena ini tentunya akan berdampak pada orangtua, anak, dan pada dinamika keluarga.

Dampak pada orangtua yang mungkin terjadi adalah:

  • Orangtua akan merasa tertekan untuk menunjukkan bahwa anak mereka juga berhasil dan berprestasu, terutama ketika melihat postingan dari orangtua lain tentang kesuksesan anak-anak mereka.
  • Pembandingan terus-menerus dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada orangtua, yang merasa tidak cukup atau khawatir anak mereka tidak sebaik anak lain. Studi dari Universitas Indonesia (2022) menunjukkan bahwa 67% orangtua merasa cemas setelah melihat postingan prestasi anak lain di media sosial.
  • Keputusan parenting yang terpengaruh oleh media sosial. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan orangtua mengenai pendidikan dan aktivitas anak, terkadang mendorong mereka untuk memaksakan aktivitas yang tidak diminati anak demi memenuhi standar sosial para orangtua.

Dampak pada anak:

  • Anak-anak mungkin merasakan tekanan untuk memenuhi harapan tinggi yang tidak realistis dari orangtua, yang dipicu oleh pembandingan di media sosial.
  • Merasa tidak nyaman atau tertekan jika hidup mereka diekspos secara berlebihan di media sosial tanpa persetujuan mereka. Penelitian oleh Universitas Airlangga (2023) menemukan bahwa 55% remaja merasa privasi mereka terganggu oleh postingan orang tua di media sosial.

Dampak pada dinamika keluarga:

  • Hubungan orang tua dan anak akan terganggu karena orangtua yang terlalu fokus pada pencapaian anak, yang akan mengurangi perhatian pada kesejahteraan emosional anak.
  • Ekspektasi tinggi dan tekanan utnuk berprestasi bisa memicu konflik antara orang tua dan anak, terutama jika anak merasa tidak didukung dalam minat mereka sendiri.

 

Setiap anak itu unik, mereka punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Setiap anak itu unik, sama seperti kita sebagai orangtua, mereka pun punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagai orangtua perlu menyadari dampak negatif dari pembandingan sosial dan berusaha untuk menghindarinya. 

Mengatur batasan tentang apa yang dibagikan dimedia sosial atau lebih selektif dalam membagikan informasi tentang anak. Lebih berfokus pada kesehatan mental orangtua dan anak daripada hanya mengejar pencapaian yang bisa dipamerkan di media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun