Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah menyentuh kehidupan dengan cara yang tidak terduga, dan menulis adalah cara untuk membagikan cerita dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Piknik di Mall: Menggali Perubahan Dinamika Perbelanjaan dan Sosialisasi dalam Era Modern

28 Desember 2023   20:20 Diperbarui: 28 Desember 2023   21:00 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: canva.com

Piknik adalah kegiatan rekreasi atau liburan di luar ruangan yang melibatkan membawa makanan dan minuman untuk dinikmati bersama keluarga, teman, atau sendiri. 

Piknik basanya dilakukan di taman, pantai, pegunungan, atau tempat alam lainnya. Piknik mencakup aktivitas seperti makan bersama, bermain game, atau sekadar menikmati suasana alam sambil bersantai. Ini sering dianggap sebagai cara menyenangkan untuk menghabiskan waktu di luar rumah dan menjauh sejenak dari rutinitas sehari-hari.

Meskipun istilah "piknik" biasanya terkait dengan aktivitas luar ruangan, beberapa orang menggunakan istilah ini secara informal untuk menggambarkan kunjungan santai ke mall. Aktivitas dalam piknik di mall dapat mencakup berbelanja, menikmati makanan di food court, bersosialisasi dengan teman atau keluarga, dan mengeksplorasi berbagai toko atau fasilitas hiburan yang ada di dalam mall. Meskipun konsepnya berbeda dari piknik tradisional, piknik di mall menawarkan pengalaman rekreasi dalam lingkungan pusat perbelanjaan.

Fenomena "emak-emak piknik di mall" yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di berbagai media sosial dan menuai berbagai macam respon, mencerminkan tren di mana sejumlah ibu-ibu atau wanita dewasa menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan untuk bersosialisasi, berbelanja, atau menikmati waktu luang. Walaupun ada beberapa perilaku yang kurang tepat dilakukan misalnya: dengan membawa tikar dan digelar di salah satu sudut mall, membawa makanan dan minuman dengan jumlah yang banyak (yang menurut saya itu harusnya dilakukan untuk piknik di luar ruangan atau alam terbuka).

Melalui fenomena ini kita mengetahui bahwa adanya perubahan dinamika perbelanjaan dan sosialisasi di tengah masyarakat, di mana mall menjadi lebih dari sekadar tempat berbelanja, tetapi juga destinasi rekreasi dan interaksi sosial.

Perubahan dinamika perbelanjaan dan sosialisasi di masyarakat mencakup beberapa tren signifikan diantaranya:

1. Perbelanjaan Online: Meningkatnya popularitas e-commerce telah mengubah cara orang berbelanja, dengan banyaknya pembelian yang dilakukan secara online.

2. Pergeseran ke Pengalaman: Konsumen cenderung mencari pengalaman unik saat berbelanja atau bersosialisasi, membuat pusat perbelanjaan lebih fokus pada hiburan dan aktivitas.

3. Sosialisasi Digital: Media sosial memainkan peran besar dalam membentuk tren dan preferensi, serta memungkinkan interaksi sosial yang berbeda dari sebelumnya.

4. Kesadaran Lingkungan: Semakin banyak konsumen yang peduli dengan dampak lingkungan, mengarah pada permintaan produk yang berkelanjutan dan praktek perbelanjaan yang bertanggung jawab.

5. Mall Sebagai Tempat Rekreasi: Pusat perbelanjaan tidak hanya menjadi tempat berbelanja tetapi juga destinasi rekreasi dengan adanya bioskop, restoran, dan berbagai kegiatan hiburan.

6. Personalisasi: Konsumen semakin menginginkan pengalaman yang dipersonalisasi, baik dalam hal rekomendasi produk atau pelayanan pelanggan.

7. Berbagi dan Kolaborasi: Platform berbagi dan ekonomi kolaboratif seperti Airbnb dan carpooling telah memengaruhi cara orang berbagi barang dan pengalaman.

8. Berpindahnya Perhatian Generasi: Perilaku perbelanjaan dan sosialisasi dapat dipengaruhi oleh pergeseran perhatian antar-generasi, seperti fokus generasi muda pada keberlanjutan dan teknologi.

Pemahaman terhadap perubahan-perubahan ini dapat membantu bisnis dan masyarakat mengadaptasi strategi dan perilaku sesuai dengan perkembangan tren tersebut.

Menguak sisi positif dan negatif 

Perubahan dinamika perbelanjaan dan sosialisasi di masyarakat membawa beberapa sisi positif, antara lain:

  • Kemudahan Akses: Perbelanjaan online memberikan kemudahan akses ke berbagai produk dan layanan tanpa harus keluar rumah.
  • Inovasi Bisnis: Adanya perubahan memacu inovasi dalam strategi bisnis dan memberikan peluang baru bagi pelaku usaha untuk berkembang.
  • Pengalaman Unik: Fokus pada pengalaman pelanggan memberikan konsumen pengalaman belanja yang lebih kaya dan berkesan.
  • Kemajuan Teknologi: Peningkatan teknologi mendukung efisiensi, personalisasi, dan kenyamanan dalam proses perbelanjaan dan sosialisasi.
  • Kesadaran Lingkungan: Perhatian terhadap dampak lingkungan mendorong masyarakat untuk memilih produk dan layanan yang lebih berkelanjutan.
  • Komunitas Online: Sosialisasi digital memungkinkan pembentukan komunitas online yang mendukung dan berbagi minat atau kepentingan tertentu.
  • Pilihan Beragam: Konsumen memiliki akses lebih banyak ke variasi produk dan opsi, baik dalam perbelanjaan fisik maupun online.
  • Berpindahnya Perhatian Generasi: Pergeseran perhatian generasi menciptakan peluang bisnis baru dan mendorong perkembangan industri yang sesuai dengan preferensi generasi yang berbeda.
  • Transparansi Informasi: Konsumen dapat dengan mudah mengakses informasi produk dan ulasan pengguna sebelum membuat keputusan pembelian.
  • Kolaborasi dan Berbagi: Model bisnis berbagi dan kolaboratif memungkinkan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien dan terjangkau.

Dengan memahami dan mengelola perubahan ini secara positif, masyarakat dapat memaksimalkan manfaatnya untuk meningkatkan kualitas hidup dan pengalaman bersosialisasi.

Perubahan dinamika perbelanjaan dan sosialisasi di masyarakat juga membawa beberapa sisi negatif, termasuk:

1. Isolasi Sosial: Peningkatan aktivitas online dapat mengakibatkan isolasi sosial, di mana individu lebih memilih interaksi virtual daripada sosialisasi langsung.

2. Ketidaksetaraan Akses: Tidak semua orang memiliki akses atau keterampilan untuk berpartisipasi dalam perubahan teknologi, menciptakan kesenjangan digital dan ketidaksetaraan akses.

3. Ketidakamanan Privasi: Aktivitas online meningkatkan risiko pelanggaran privasi dan penyalahgunaan data pribadi.

4. Kehilangan Pengalaman Tradisional: Pusat perbelanjaan tradisional dan interaksi langsung dapat mengalami penurunan, mengakibatkan kehilangan pengalaman budaya dan sosial.

5. Ketidakstabilan Pekerjaan: Perubahan dalam industri perbelanjaan dan peningkatan otomatisasi dapat menyebabkan ketidakpastian dan kehilangan pekerjaan dalam sektor tertentu.

6. Kecanduan Digital: Penggunaan berlebihan terhadap teknologi dan media sosial dapat menyebabkan kecanduan digital, dengan dampak negatif pada kesehatan mental.

7. Over consumption: Kemudahan akses ke produk dan layanan melalui perbelanjaan online dapat memicu perilaku konsumtif berlebihan.

8. Kerentanan Keamanan Digital: Peningkatan aktivitas online meningkatkan risiko serangan siber dan penipuan online.

9. Ketidak Keberlanjutan Lingkungan: Pembelian dan pengiriman online besar-besaran dapat meningkatkan jejak karbon dan dampak lingkungan.

10. Kehilangan Keunikan Lokal: Dominasi merek global dan e-commerce dapat mengancam keberlanjutan bisnis lokal dan keunikan budaya setempat.

Untuk meminimalisasi dampak negatif ini harus diatasi dan dikelola dengan bijak, dan memaksimalkan manfaat dari perubahan dinamika perbelanjaan dan sosialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun