Ada banyak sekali buku dan artikel yang menyebutkan bahwa menulis memiliki banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil. Diantaranya bisa meningkatkan daya kreativitas, sebagai media pembelajaran yang baik, menjadikan kita lebih produktif, hingga bisa mengurangi stress.
Ada juga yang mengakatan bahwa menulis adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu proses penyembuhan luka batin atau yang tenar di kalangan remaja saat ini biasa disebut dengan self healing. Saya sendiri pun pernah mencobanya.
Di beberapa buku antologi saya, merupakan ungkapan dari kisah pengalaman saya yang paling tidak menyenangkan dalam hidup. Dengan kejadian-kejadian yang tidak pernah terbayangkan, yang memang sudah Qodarullah ditakdirkan untuk saya jalani dan lewati, dan ternyata adalah titik balik dari hidup saya.
Dalam tulisan, saya bisa mengungkapkan apa yang tidak bisa di ungkapkan dengan lisan. Ada beban berat di hati yang bila tidak saya keluarkan, bisa jadi mungkin memang benar akan menjadikan saya gila. Satu per satu beban diungkapkan lewat tulisan. Setiap tulisan yang saya tuangkan dalam naskah buku antologi itu memiliki peran yang berbeda dari setiap ungkapan emosi yang saya miliki. Satu per satu beban yang ada di dalam hati pun akhirnya hilang.
Menulis benar-benar membantu saya untuk penyembuhan luka batin ini. Kala isi kepala berisik sendiri bahkan terjadi “tawuran” antara hati dan pikiran, dan juga saat merasa tidak ada satu orang pun yang bisa di percaya, buku adalah teman terbaik saat itu. Tentunya selain tetap berbaik sangka kepada Allah dan tetap menyakini bahwa apapun yang Allah ambil pasti Allah akan ganti dengan bentuk yang lain yang lebih baik dari sebelumnya.
Menemukan dunia baru, dunia kedua setelah dunia nyata yang saya jalani. Dunia kepenulisan memberikan saya kesempatan untuk merasakan menjadi orang yang berbeda melalui sebuah sudut pandang. Mencoba berbagai macam karakter dan berada di tempat yang mungkin tidak bisa saya kunjungi di dunia nyata.
Dengan menulis, saya juga bisa membuat dunia sesuai dengan keinginan saya sendiri. Saya bisa memegang kendali atas dunia yang saya buat, dan saya bebas menentukan tokoh, karakter, tempat dan juga alur kehidupan dari masing-masing tokohnya. Menyenangkan.
Sudah ada 13 buku antologi yang sudah saya ikuti dan kemungkinan masih bertambah jumlahnya. Mungkin suatu saat nanti akan ada buku solo yang saya terbitkan juga. Insyaallah.
Ada sebuah ungkapan yang menerangkan bahwa sebelum menjadi pembicara yang hebat, maka belajarlah untuk menjadi pendengar yang baik. Sepertinya ungkapan ini juga sangat cocok untuk mengungkapkan bahwa sebelum menjadi penulis yang hebat, kita juga dituntut untuk menjadi pembaca yang baik.
Secara disadari atau tidak, kegiatan tulis menulis sudah melekat pada kehidupan sehari-hari kita. Cobalah ingat-ingat kembali, bukankah kita juga telah menulis beberapa kata atau bahkan beribu kalimat pada whatsApp? Membuat berbaris-baris paragraf di lembar kertas atau buku diary yang sempat booming pada zamannya? Lalu saat beberapa tahun kemudian ketika kita kembali membacanya, bisa membuat kita tertawa dan menggelengkan kepala menertawakan diri sendiri. Betul?
Bila memang benar adanya, mengapa kita tidak mencoba untuk lebih jauh lagi? Menjadi seorang penulis? Kuncinya adalah jangan takut untuk memulai, mulailah dengan menceritakan kisah yang telah kita alami. Jangan malas untuk terus belajar dan belajar, serta seringlah untuk berdiskusi dengan orang-orang yang sudah terlebih dahulu terjun di dunia kepenulisan. Dan yang terakhir adalah kumpulkan niat dan tekad yang kuat, agat kita tidak mudah untuk menyerah bila menemukan kendala.