Ada begitu banyak pantai pasir putih yang bersih, belum banyak terjamah oleh tangan jahil manusia. Tidak ada sampah plastik yang berserakan atau mengonggok di pinggir pantai. Masya Allah indahnya.Â
Kantor suami, Denhanud 477 Paskhas berada di antara laut dan gunung. Bila kita melihat dari depan kantor, kita akan di suguhkan oleh pemandangan laut yang indah. Namun di belakang kantor ada sebuah gunung menjulang yang tidak kalah indahnya.Â
Gunung Ranai Natuna, nama gunungnya. Setiap pagi dan sore, puncak gunung ini selalu diselimuti oleh kabut tebal. Sudah terbayangkan dinginnya bila berada di kaki gunung itu. Apalagi kalau sampai di puncaknya? Bbbrrr dingin sekali pastinya.
 Masyarakatnya...
Mungkin karena ini adalah pulau kecil, sehingga masyarakatnya pun tidak sebanyak yang ada di pulau Jawa namun tetap tidak kalah ramahnya.
 "Kakak mau pesan apa?" tegur salah satu pramusaji saat saya sedang mencari beberapa makanan untuk berbuka puasa. Dengan logat khas dan senyum manis tersungging di bibirnya, dia menjelaskan beberapa menu andalan restoran. Ah, saya agak sedikit bingung dengan beberapa kata yang dia ucapkan, namun masih bisa saya telaah artinya.
 "Mba maaf saya pesan es batu di gelas ya!" saya memesan satu gelas es untuk saya campurkan dengan teh. "Oh baik Ka, satu es kosong ya?" saya mengangguk memberikan isyarat, seketika saya pun tertawa karena masih asing dengan sebutan es kosong itu.Â
Jalan di sini sepi, tidak banyak terlihat lalu lalang orang atau kendaran di jalanan. Sepertinya masyarakat di sini tidak pernah mengenal yang namanya migrain karena terjebak macet total, pusing karena salah jalan dan bingung cari jalan untuk memutar balik atau suara bising klakson di sepanjang hari membuat telinga menjadi risih. Tentramnya Hehehe...
Oiya ada satu tradisi masyarakat di sini yaitu setiap hari kamis malam sampai Jumat sore semua toko tutup termasuk juga tidak ada jadwal penerbangan untuk di dua hari itu. Tujuannya adalah agar mereka fokus untuk beribadah. Fix semakin sepi jadinya.
 Makanannya...