Mohon tunggu...
Lyfe

Besarnya Potensi Perfilman Indonesia dalam Industri Kreatif

24 Januari 2017   13:57 Diperbarui: 24 Januari 2017   14:10 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film adalah sebuah sara audiovisual untuk menyampaikan sebuah pesan kepada para penonton. Awal mulanya, film di perkenalkan oleh masyarakat dunia saat “The Luimere Brothers” membuat sebuah film documenter yang berisikan kegiatan yang di lakukan para buruh pabrik saat pulang kerja. Memang dulu film masih abstrak atau tidak memiliki makna. Namun seiringnya waktu, film sudah jelas dan bermakna.

Film merupakan salah satu sub sektor dari ekonomi kreatif yang dipercaya sebagai sector yang berpotensi tinggi untuk Indonesia. Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama, industry kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. 

Memang Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) sedang memfokuskan di bidang perfilman, dimana Kementerian Perdagangan Indonesia membuat regulasi baru untuk mendorong para produser-produser Indonesia untuk membuat film sebanyak-banyaknya dan menargetkan ….. . Mungkin dengan begitu masyarakat Indonesia terdorong untuk menonton film lokal. Namun menurut produser senior, “Itu akan mengurangi qualitas film dan malah hanya mengejar target yang di beri.”

Masalah utama untuk perfilman Indonesia adalah alur cerita yang begitu-begitu saja, mudah ketebak dan kualitas yang masih minim. Namun penyebaran bioskop yang belu, merata juga bisa menjadi salah satu penyebabnya. Dikutip dari Lucky, Bioskop di Indonesia masih berfokus pada wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Mungkin dengan bantuan Kementerian Perdagangan untuk membuat regulasi atas penyebaran bioskop yang merata. Indonesia pernah Berjaya di bidang perfilman pada tahun 80an dimana masyarakat Indonesia sangat entusias untuk menonton film yang berjudul “Catatan si Boy” yang diperankan oleh Ongky Alexander.

Namun pada tahun 90an perfilman Indonesia anjlok karena film yang di luncurkan hanyak untuk orang dewasa saja. Sampai akhirnya terbitlah film Petualangan Sherina karya Riri Riza dan Mira Lesmana. Film yang berceritakan mengenai petualangan yang di alami Sherima Munaf dalam beradaptasi ke lingkungan barunya. Memang pada dasarnya Masyarakat Indonesia sangat menggemari film Romance dan Komedi.

Hal tersebut dapat di baca oleh penulis muda bernama Raditya Dika. Pemuda kelahiran 28 Desember ini memiliki talenta yang handal dalam merangsang para pembacanya untuk menyukai karyanya. Buku pertama yang berkisah mengenai kehidupan sehari-hari Radit saat berkuliah di Adelaide, Australia. Buku yang bergaya layaknya diary ini di anggap kreatif untuk masyarakat. Karya-karya lainnya yang Radit ciptakan antara lain: Buku, film, stand up comedi. 3 tahun belakang ini Radit mulai membuat film-film pendek mingguan yang berjudul “Malam Minggu Miko.” Yang ia post di situs youtube karena beberapa masyarakat Indonesia menilai karya Radit dengan sangat positif dan meminta Radit untuk membuat film. Maka Radit mencoba untuk membuat film layar lebar. Film pertamanya ialah “Kambing Jantan: The movie.” Film ini berkisahkan tentang bukunya yang ia tulis sebelumnya.

Memang pada saat itu Radit belum puas akan hasil penonton yang ia peroleh. Dengan begitu Radit tertantang dan terus mencoba membuat karya sampai akhirnya ia puas akan hasil film terbarunya “Hang Out”. Yang mencapai kiranya 2 juta penonton di seluruh Indonesia. Radit menganggap penting atas kepuasan dalam karyanya sehingga ia beberapa kali mereka beberapa studio bioskop bagaimana reaksi para penonton. Bisa di lihat di youtube channel Radit bahwa 90% penonton tertawa sangat lepas. Itu yang membuat Radit puas akan karyanya. Memang bisa di lihat jumlah penonton yang masih kalah jauh dengan film Ada apa dengan Cinta 2 dan Warkop Reborn tidak membuat Radit patah semangat. Malah Radit menganggap bahwa, ia bisa menjadi lebih baik lagi.  Tercatat bahwa jumlah penonton yang diperoleh Radit layaknya masuk kedalam 10 besar film Indonesia.

Memang untuk membuat satu film tidaklah gampang harus melibatkan puluhan atau ratusan orang kreatif yang ahli dalam bidangnya. Seperti kamera-men, aktor, produser, direktur, lighting, make–up, wardrobe, dll. Tentu mereka memiliki keahlian khusus dalam berkreasi. Memang dalam membuat sebuah film tidaklah gampang dan cepat. Dimana membutuhkan waktu yang tidaklah cepat, tenaga yang tidaklah sedikit, ide yang sangatlah cemerlang ntuk menarik penonton, biaya yang tidaklah sedikit, dsb. 

Proses untuk membuat film biasanya sebagai berikut: Produser menulis naskah yang ingin di komunikasikan kepada penonton, lalu mencari dan menyewa orang untuk berkontribusi dalam film tersebut. Selanjutnya, produser mencari dana untuk biaya artis, tempat, crew, dll. Biasanya produser meminjam uang dari bank atau mencari investor untuk meminjami uang dalam pembuatan film. Lalu masuk ke dalam tahap reading. Dimana para crew dan actor membaca naskah dan menyamai pikiran. Sehingga mendapatkan kreasi yang sangat maksimal. 

Disini biasanya terdapat perubahan – perubahan dialog karena adanya pertukaran pendapat untuk menambahkan suasana atau karakter dalam film. Setelah itu mulai lah pengambilan gambar dan editing. Baik edit gambar, music, maupun music yang nantinya di masukan ke sebuah gulungan film dan dikirim ke bioskop-bioskop.

Perfilman Indonesia sekarang sudah jauh membaik dengan adanya variasi-variasi film yang di tawarkan. Mulai dari Aksi, Romance, Horor, Komedi, Petualang, dll. Tidak hanya Raditya Dika, Ernest Prakasa yang tidak jauh beda dengan Radit juga sedang berkarya dalam filmnya “Cek toko sebelah.” Seiringnya waktu perfilman Indonesia akan menjadi lebih baik lagi dari sekarang. Tercatat dalam data beriku ini, ada 8 film yang diedarkan di tahun 2016 yang tembus 1 juta penonton. Sebuah prestasi fenomenal yang belum pernah ada sepanjang sejarang 50 tahun bisnis film Indonesia. Sebagai catatan, di Indonesia sebuah film dianggap box office juka sudah tembus 500 ribu penonton. Kalau sudah tembus 2 juta dianggap blockbuster.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun