Mohon tunggu...
Larasati Rubino
Larasati Rubino Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar, penulis

Menonton netflix

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyelami Lautan Obesitas di Kalangan Remaja

19 Juni 2024   16:07 Diperbarui: 19 Juni 2024   16:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Remaja berada pada fase kehidupan yang unik, di mana mereka belum sepenuhnya menjadi anak-anak maupun dewasa, dan memiliki karakteristik serta kebutuhan tersendiri. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah individu berusia 10-19 tahun.

Masa remaja adalah periode transisi yang ditandai oleh perubahan fisik, emosional, dan psikologis. Oleh karena itu, memastikan nutrisi yang cukup untuk remaja sangat penting untuk mendukung perkembangan mereka. Namun, banyak remaja sering mengonsumsi makanan yang kurang bergizi atau tidak sehat, sering kali kekurangan serat, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk kesehatan optimal. 

Konsumsi junk food, yang dapat menyebabkan ketagihan, lazim terjadi di kalangan remaja yang sering kali lebih memilih makanan ini dibandingkan makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan makanan yang kaya akan kalsium. Survei yang dilakukan oleh Qraved kepada 13.890 responden menunjukkan bahwa 92% dari mereka sadar bahwa junk food tidak memiliki nilai gizi, namun tetap mengonsumsinya. Ironisnya, 52% orang di Jakarta menjadikan junk food sebagai alternatif sarapan

Menurut pernyataan tertulis yang diterima oleh Metrotvnews.com, 62% responden mengaku mengonsumsi junk food karena praktis dan mudah didapat, 19% karena rasanya yang enak, dan 18% karena kesibukan pekerjaan mereka. Tingkat obesitas di kalangan remaja Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir, yang cukup mengkhawatirkan. 

Obesitas pada remaja merupakan fenomena yang tersebar luas, dengan sekitar 17% remaja di seluruh dunia mengalami kelebihan berat badan, termasuk obesitas, pada tahun 2016. 

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kelebihan berat badan nasional pada remaja usia 16-18 tahun adalah 7,3%. Satu dari lima anak berusia 5 hingga 12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Data dari Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 7,3% remaja usia 16-18 tahun mengalami kelebihan berat badan secara nasional.

Walaupun makanan cepat saji memiliki kelezatan tersendiri karena resepnya, kandungan gizinya rendah. Namun, remaja membutuhkan beragam nutrisi dari makanan sehat untuk mendukung tumbuh kembangnya. Kebiasaan mengonsumsi junk food sejak remaja dapat membuat anak berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan di kemudian hari. Jika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi, berbagai penyakit dan masalah kesehatan dapat muncul, termasuk obesitas.

Kesadaran akan hidup sehat dengan berat badan ideal adalah kunci utama untuk memerangi obesitas dengan cara mencegahnya sejak dini. Cara antisipasi obesitas yang sistematis, efektif, dan melibatkan masyarakat sangat dibutuhkan. Masalah kesehatan ini tidak boleh dianggap remeh karena berisiko meningkatkan berbagai penyakit kronis.

Sebagai orang tua, penting untuk membangun kebiasaan dan menekankan pentingnya mengonsumsi makanan sehat pada anak remaja. Penyebab utama obesitas sentral berasal dari gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan tinggi kalori, kebiasaan mengonsumsi makanan manis, terlalu banyak duduk atau jarang bergerak, dan tidak pernah berolahraga. Orang tua perlu mengajarkan remaja atau membuat menu yang seimbang dengan kombinasi yang tepat antara karbohidrat, protein, lemak sehat, serta buah dan sayuran.
 
Pencegahan obesitas pada remaja memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan terkoordinasi, melibatkan berbagai pihak termasuk sekolah, keluarga, dan komunitas. Edukasi yang berkelanjutan, promosi aktivitas fisik, pengaturan pola makan yang baik, serta dukungan dari lingkungan sekitar adalah kunci untuk menciptakan generasi remaja yang lebih sehat dan aktif. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat mengurangi risiko obesitas dan masalah kesehatan terkait di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun