Mohon tunggu...
Laras Inggit Pratiwi
Laras Inggit Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca, menonton film dan berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apakah Pancasila Masih Relevan sebagai Ideologi Negara dan Bangsa Indonesia

13 September 2024   21:38 Diperbarui: 13 September 2024   21:38 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada zaman modern saat ini yang dimana semua sudah serba cepat dan instan, juga efek globalisasi yang membuat budaya lokal luntur termasuk juga cara pandang masyarakat indonesia yang sudah mulai menerapkan budaya barat yang sebenarnya kurang relevan dengan ideologi negara kita. Saat ini, Indonesia berada dalam situasi yang penuh tantangan dan perubahan, baik dari segi sosial, politik, maupun ekonomi, di mana keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara semakin diuji untuk dapat menyesuaikan diri dengan dinamika global yang kompleks. Dalam konteks ini, Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai kompas moral yang membimbing bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan, menjaga persatuan, dan mewujudkan cita-cita bersama menuju masyarakat yang adil dan makmur. 

Pada saat ini tidak sedikit generasi muda yang merasa tidak terhubung dengan Pancasila dan lebih cenderung mengadopsi ideologi global yang dianggap lebih modern dan sesuai dengan perkembangan zaman. Karena maraknya budaya barat banyak generasi muda yang merasa ideologi yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia itu sudah bukan zaman nya lagi. Hal ini tentu bukan merupakan pertanda baik untuk bangsa kita, nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi malah menjadi nilai-nilai yang tidak kita pandang penting. Bukan tanpa sebab, melainkan hal-hal ini yang memicu adanya nilai Pancasila yang diabaikan.
Adanya praktik korupsi menandakan ketidakkonsistenan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila oleh para pemimpin negara, yang sering kali terlibat dalam korupsi, dapat mengurangi kepercayaan masyarakat saat ini terhadap ideologi tersebut.
Dalam era globalisasi, pemikiran dan nilai-nilai asing sering menggeser pemahaman lokal, termasuk Pancasila, yang dianggap kurang relevan dibandingkan dengan ideologi lintas batas seperti kapitalisme atau demokrasi liberal. 

Alasan pendidikan yang kurang kuat kurangnya pendidikan yang efektif tentang Pancasila di sekolah-sekolah membuat generasi muda tidak memahami atau menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Konflik Sosial ketidakmampuan Pancasila untuk mengatasi berbagai konflik sosial dan politik di masyarakat dapat dilihat sebagai indikasi bahwa ideologi ini tidak lagi berfungsi sebagai dasar penyatuan bangsa. Sulit sekali bagi masyarkat menjadikan pancasila sebagai tujuan atau titik balik dari masalah-masalah yang terjadi.
Pembangunan Ekonomi yang tidak merata banyak masyarakat merasa Pancasila tidak membawa perubahan signifikan dalam kehidupan ekonomi mereka, sehingga mereka meragukan relevansinya.
Lumayan banyak orang beranggapan Pancasila sebagai ideologi yang terlalu kaku dan tidak mampu mengikuti perubahan dan dinamika modern yang cepat.


Pancasila sering kali digunakan untuk pemanfaatan politik atau disalahgunakan sebagai alat legitimasi oleh pihak-pihak tertentu dalam politik, yang membuatnya terlihat tidak tulus dan mengurangi martabatnya sebagai ideologi. Tentu seharusnya orang-orang tidak bertanggungjawab ini mendapat hukuman atas perbuatannya yang seadil-adilnya.
Jarang sekali digunakan dalam debat kritis yang mengedepankan Pancasila debat publik, Pancasila jarang dibahas secara kritis, yang mengarah pada stagnasi pemikiran dan adaptasi ideologi dalam konteks kebutuhan dan tantangan zaman modern.
Pancasila sebagai ideologi dasar negara Indonesia telah diakui dan diterima sejak proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, muncul berbagai pandangan kritis yang menunjukkan ketidakrelevanan Pancasila dalam konteks kehidupan sosial, politik, dan ekonomi saat ini. Salah satu faktor utama yang menjadi sorotan adalah krisis identitas yang dialami oleh generasi muda. Banyak di antara mereka yang merasa tidak terhubung dengan nilai-nilai Pancasila, menganggapnya sebagai warisan masa lalu yang tidak lagi sesuai dengan tantangan dan dinamika global yang dihadapi saat ini. Globalisasi, dengan semua dampaknya, telah membawa ide-ide dan nilai-nilai baru yang lebih menarik dan kontemporer, sehingga membuat banyak orang beralih kepada pemikiran yang dianggap lebih modern daripada Pancasila.

Selain itu, ketidakpastian dalam penerapan prinsip-prinsip Pancasila oleh para pemimpin negara menjadi sorotan utama. Praktik korupsi, nepotisme, dan berbagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan sering kali menodai reputasi dan integritas pejabat publik. Hal ini menciptakan kesan yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Masyarakat mulai meragukan komitmen pemimpin untuk menjalankan ideologi tersebut secara tulus. Ketika para pemimpin tidak memberikan teladan yang baik dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila, kepercayaan masyarakat terhadap ideologi ini semakin menipis, menjadikannya tampak tidak relevan.

Lebih lanjut, keberagaman yang semakin meningkat dalam masyarakat Indonesia juga menjadi tantangan bagi relevansi Pancasila. Munculnya gerakan-gerakan fundamentalis yang mengedepankan ideologi berbasis agama sering kali menggeser pemahaman dan penerapan Pancasila. Masyarakat yang semakin plural ini mendorong munculnya potensi perpecahan ketika semangat Pancasila yang seharusnya menyatukan justru tidak mampu merangkul perbedaan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila belum berfungsi secara optimal sebagai alat pemersatu bangsa dalam menghadapi perbedaan yang kompleks.

Tak dapat dipungkiri, edukasi yang lemah mengenai Pancasila di tingkat sekolah mempengaruhi pemahaman generasi muda terhadap ideologi tersebut. Kurikulum yang tidak mendalam mengenai Pancasila membuat siswa tidak mendapatkan pemahaman yang utuh tentang nilai-nilainya, sehingga mereka cenderung mengabaikannya. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan akses informasi, banyak generasi muda lebih tertarik pada ide-ide luar yang dianggap lebih menarik, daripada mempelajari dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Tanpa pendidikan yang adekuat, generasi muda kehilangan kesempatan untuk membangun rasa kecintaan dan pengenalan terhadap ideologi yang seharusnya menjadi landasan mereka sebagai warga negara.

Kemudian, dalam konteks pembangunan ekonomi, banyak masyarakat yang merasa bahwa Pancasila tidak membawa dampak yang signifikan bagi peningkatan kualitas hidup mereka. Ketidakmerataan pembangunan ekonomi yang terjadi di berbagai daerah mengakibatkan ketidakpuasan yang meluas. Jika Pancasila, sebagai dasar negara, tidak dapat memberikan kontribusi positif dalam menciptakan kesejahteraan, maka masyarakat akan mempertanyakan relevansinya. Rasa keadilan dan kesejahteraan yang menjadi salah satu asas Pancasila terkesan belum terwujud bagi banyak warga.

Dalam hal diskusi publik, Pancasila jarang diangkat dalam forum-forum kritis yang dapat mendorong perdebatan dan refleksi. Diskusi yang kurang mendalam mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks kekinian menyebabkan stagnasi pemikiran dan inovasi. Ketidakmampuan untuk menghadirkan dialog yang konstruktif mengenai Pancasila menjadikan ideologi ini seolah terpinggirkan dari diskursus publik. Banyak kalangan lebih memilih untuk membahas isu-isu yang dianggap lebih mendesak daripada mengeksplorasi Pancasila secara kritis.

Pada akhirnya meskipun Pancasila memiliki potensi yang kuat sebagai dasar ideologi bagi bangsa Indonesia, berbagai tantangan yang dihadapi saat ini menunjukkan bahwa perlu ada evaluasi dan penyesuaian. Relevansi Pancasila sebagai ideologi bangsa tidak hanya bergantung pada pengakuan formal, tetapi juga pada penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Agar Pancasila dapat terus diterima dan dihormati oleh masyarakat, diperlukan upaya nyata dan konsisten untuk menghidupkan dan mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan. Hanya dengan demikian, ideologi ini dapat kembali menjadi fondasi yang kuat bagi persatuan dan kesatuan bangsa di tengah tantangan zaman yang terus berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun