Mohon tunggu...
Laras Amelia S
Laras Amelia S Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN Cirebon, Mahasiswa

tulisan ini pasti menarik, dan juga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cirebon, Desa Sitiwinangun Pusat Gerabah

18 Mei 2023   21:18 Diperbarui: 18 Mei 2023   21:26 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai sobat penasara ga sih? Pusatnya gerabah di Cirebon dimana? Apa sih yang di sebut gerabah? Dan apa saja kerajian dari tanah liat?

Pertanyaan ini timbul ketika saya di perjalanan menuju kota Cirebon baik melalui Jalan Pantura atau menggunakan jalan Karang Ampel banyak sekali para penjual gerabah, patung, dan berbagai bentuk yang terbuat dari tanah liat.

Di sini lah saya mencari tahu dengan mendatagi satu sangar dan mewawancari pak Wasta sebagai perwakilan dari Mestro Gerabah yakni pak Mastadna pemilik sangar Gerabah, Sitiwinagun.

Cirebon adalah kota wali, Sitiwinagun salah satu desa yang ada di Cirebon, di mana para wali menyebarkan agama dengan multikultural, karena sebelum islam datang ke nusatara atau Indonesia ini sudah memiliki agama yakni Hindu dan Budha.

Dengan adanya gerabah atau pembuatan tanah liat di Cirebon yang berpusat di desa sitiwinagun, menjadi bukti jika penyebaran islam itu melalui kultur budaya dan hal tersebut menjadi cikal bakal mayoritas islam ada di cirebon.

Nah sobat apa sih yang di sebut gerabah?

Gerabah yakni salah satu seni kramik, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yakni alat-alat dapur, terbuat dari tanah liat dan selanjutnya di bakar, biasanya alat-alat untuk memasak, seperti gentong.

Apa saja kerajianan dari tanah liat?

Jika kita liat foto di atas setalah saya survai ke tempat nya pebuatan tanah liat sendiri banyak di buat mejadi bentuk apa saja, contoh padasan (tempat penyimpanan air untuk wudhu pot bunga, gentong, patung, dupa, topeng dan lain sebagainya.

Sejarah nya sendiri di awali oleh penyebaran islam oleh syekh Abdurahman yang menyebarkan Islam di sitiwinagun dengan melalui kultur budaya yang ada, karena pada saat itu daerah tersebut memegang agama budha dan hindu, dengan pembuatan tanah liat menggunakan teknik anjun, syekh Abdurahman mendapatkan gelar pangeran panjunan, di mulai dengan proses pembuatan padasan (tempat penyimpanan air untuk berwudu), kemudian masyarakat bertanya untuk apa benda tersebut di buat syekh Abdurahman menjawab untuk berwudu, dengan begitu sedikit demi sedikit masyarakat tersebut mengenal islam, dan beliau juga membuat banyak sekali masjid yang ber kubah memolo sebagai ciri islam di tanah Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun