Mohon tunggu...
Lapmi Cabang Purwakarta
Lapmi Cabang Purwakarta Mohon Tunggu... Jurnalis - Lembaga Pers Mahasiswa Islam HMI Cabang Purwakarta

Lembaga Pers Mahasiswa Islam Cabang Purwakarta | Berintegritas Berkualitas #BiarFaham

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tidak Taat Aturan atau Tidak Tahu Aturan? Kepala Desa antar Calon Gubernur ke KPU

28 Agustus 2024   21:59 Diperbarui: 28 Agustus 2024   22:07 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah Kepala Desa Antar Calon Gubernur Daftar ke KPU/dok. pri

Pada 28 Agustus 2024 marak sekali pembahasan tentang beberapa kepala desa se-kabupaten Purwakarta yang mengantarkan salah satu pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat ke KPU. Hal ini di telah di verifikasi kepada Agus Yasin sebagai pengamat publik Purwakarta menyikapi persoalan tersebut, ia saat dikonfirmasi awak media melalui sambungan telepon memberikan tanggapan,

"Itu bentuk ketidak patuhan terhadap Aturan, kenapa hal itu dilakukan, sebab keterlibatan para Kepala Desa, Perangkat Desa dan Kader Posyandu se-Purwakarta yang turut serta mengantar pasangan Calon Gubernur ke KPU Provinsi Jabar hari ini Selasa (27/8/2024), sesuai ketentuan, melanggar aturan dan harus ada tindakan serta sanksi dari Pemda Purwakarta",

"Secara umum, Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Kader Posyandu di Indonesia dilarang untuk terlibat dalam politik praktis",

"Hal ini diatur oleh beberapa peraturan, menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 29 ayat (2) Kepala Desa dilarang menjadi pengurus partai politik. Selain itu, kepala desa dan perangkat desa juga tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam kampanye pemilihan umum (Pemilu) atau pemilihan kepala daerah (Pilkada) sebagai pelaksana atau tim sukses dari salah satu calon",

"Keterlibatan dalam politik praktis juga bertentangan dengan kewajiban mereka untuk menjaga netralitas dan tidak memihak dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di tingkat desa",

"Kemudian terkait Kader Posyandu, sekalipun bukanlah Aparatur Pemerintah Desa yang formal, mereka tetap bagian dari struktur pelayanan masyarakat di Desa dalam membantu pelayanan kesehatan masyarakat",

"Keterlibatan mereka dalam politik praktis, dapat dianggap tidak etis dan dapat menimbulkan konflik kepentingan. Oleh karena itu terkait ketidakpatuhan para Kepala Desa, Perangkat Desa dan Kader Posyandu terhadap netralitas, Pemda Purwakarta tidak punya alasan untuk tidak memberikan sanksi, sesuai ketentuan yang berlaku, sebab sesuai ketentuan,

1. Kepala desa yang terbukti melanggar ketentuan larangan berpolitik praktis dapat diberhentikan dari jabatannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 29 ayat (2) dan Pasal 78.

"Pemberhentian dapat dilakukan oleh Bupati/Walikota setelah melalui proses pemeriksaan dan mendapatkan rekomendasi dari camat atau pejabat yang berwenang," tambahnya kemudian.

Lebih lanjut Agus Yasin juga jelaskan, sebelum pemberhentian, Kepala Desa juga dapat menerima sanksi administratif, seperti teguran atau peringatan, tergantung pada tingkat pelanggaran yang dilakukan.

2. Perangkat desa yang terlibat dalam politik praktis juga dapat diberhentikan dari jabatannya. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2017 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa, di mana perangkat desa yang melanggar larangan ini dapat dikenai sanksi berupa pemberhentian dengan hormat atau tidak hormat.

"Seperti kepala desa, perangkat desa juga dapat menerima sanksi administratif terlebih dahulu sebelum keputusan pemberhentian diambil."

3. Karenanya Kader posyandu biasanya adalah sukarelawan yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa atau Instansi terkait, keterlibatan mereka dalam politik praktis dapat mengakibatkan pencabutan status atau jabatan mereka sebagaimana Kader Posyandu. Meskipun tidak ada aturan khusus yang mengatur sanksi bagi mereka, Pemerintah Desa atau Dinas Kesehatan dapat mengambil langkah untuk mengganti mereka jika ditemukan keterlibatan dalam politik praktis.

Kader Posyandu yang terlibat dalam politik praktis mungkin juga dikeluarkan dari partisipasi dalam program-program posyandu, karena pelanggaran etika dan konflik kepentingan.

Dengan demikian, baik Kepala Desa, Perangkat Desa, maupun Kader Posyandu diharapkan untuk tidak terlibat dalam politik praktis untuk menjaga netralitas, profesionalisme, dan kepercayaan masyarakat dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Sumber : Agus Yasin
Dilansir : infopusaka.com
Media : lapmihmipwk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun