Mohon tunggu...
La Ode Supriono
La Ode Supriono Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar menulis

Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Keabadian

20 Juli 2020   00:15 Diperbarui: 20 Juli 2020   00:21 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah engkau, wahai pemahat kata. Bahwa sajak-sajakmu telah mengalir bersama darah di nadi, menuju lembah pikir menyejukkan akal. Menuju palung hati menyemai rasa. Namun kini engkau pergi...

Tahukah engkau, wahai pelukis makna dalam kata. Hingga saat ini banyak yang mencarimu disetiap bait sajak-sajakmu. Tak lagi ditemui ragamu, namun dalamnya makna sajak-sajakmu selalu saja membuat berladung air mata. Ragamu tiada, jiwamu hidup bersama bait sajak-sajakmu.

Duhai penenang jiwa, kini permadani surga telah terbentang luas bersama deretan kata dalam sajak ukhrawimu. Bait-bait sajak itu menghadap Tuhan dalam senyap. Lalu dengan eloknya, sajakmu membelai dedaunan di taman surga Jannatul Firdaus. 

Duhai penenang jiwa, engkau tak pergi, namun hidup dalam keabadian. Dalam pelukan Tuhan di jantung nirwana. Selamat jalan duhai jiwa yang tak pernah mati. Namamu kan abadi dalam karyamu. Tenanglah dalam kasih sayang Ilahi.

Makassar, 20 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun