Realitas ¾ bagian Indonesia adalah lautan dan juga banyak masyarakat Indonesia yang menjadi pelaut ulung, maka muncullah semboyang nenek moyangku seorang pelaut. Tapi itu dulu, sekarang tunggu dulu. Secara pribadi saya agak sangsi atau bahkan berpendapat kayaknya tidak cocok lagi. Semboyang tadi hanya cocok buat generasi kita, untuk generasi yang akan datang dari anak bangsa ini tidak cocok lagi. Bangsa ini bukan lagi penguasa lautan, bangsa ini bukan lagi pelaut unggul. Tulisan ini saya buat sebagai wujud ke-kagetan saya akan kondisi Angkatan Laut (TNI AL) kita, (kaget campur prihatin). Kebetulan beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk berlayar (walau hanya di sekitar kepulauan seribu) dengan kapal angkatan laut. Jujur secara pribadi saya sangat kagum dengan Angkatan Laut (AL) kita. Bahkan, dulu sampai umuran SD, saya bercita ingin masuk AL. Namun apa daya saya kurang nasib dan kurang tinggi, juga mungkin kurang segalanya. Ini muncul karena saya cukup dekat dengan kesatuan yang satu ini. Sebab sejak kecil saya sering mengikuti ayah berlayar, membela lautan Indonesia ini, merangkai pulau-pulau khususnya kawasan timur Indonesia. Kebetulan ayah saya seorang nahkoda kapal pinisi, nah ketika bersandar untuk bongkar muatan entah itu di Ambon, Surabaya, P. Buru, Sorong, Buton, terkadang berdampingan dengan kapal AL (terutama di Ambon), atau ketika memasuki Surabaya, di sekitar pulau karang Masalembo yang di situ ada prasasti tenggelammnya kapal Tampo Mas 2, saya melihat barisan kapal AL, juga pasuka AL kita begitu sangat gagah, perkasa, selalu memberikan penghormatan, membanggakan, menganggumkan saya dan diam-diam sy menaruh hati dan bercita-cita ingin masuk AL. Namun, kenyataan yang saya alami kemarin, ketika naik kapal AL sangat memprihatinkan, sedihhhh aku. Bayangkan saya melihat kapal-kapal AL kita adalah kapal tua dengan persenjataan yang menurut saya untuk mengamankan badan kapal itu sendiri tidak cukup, bagaimana bisa mengamankan wilayah. Memang ada juga kapal baru tapi juga dengan persenjataan minim. Bayangkan kapal bekas PELNI (KM Kambuna, yang dihibahkan ke AL kita), yang dulunya sangat bagus, sekarang banyak bagian yang keropos. Mmmm diam-diam saya melamun jangan-jangan semua angkatan perang kita begini kondisinya. Wadyh, klo begini pantasan saja kita diledekin sama Malaysia, (waktu kasus Ambalat). Kalau kita telisik masalahnya pasti masalah anggaran dan perhatian kita (pemerintah) kepada angkatan perang kita. Kalau begini realitasnya bagaimana anak cucu kita nanti masih bisa bernyanyi “nenek moyangku seorang pelaut”. Bagaimana bisa AL kita bisa mengamankan wilayah NKRI ini yang ¾ adalah lautan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H