Mohon tunggu...
Lany Hardila
Lany Hardila Mohon Tunggu... Guru - Seorang anak perempuan, istri, guru dan akan menjadi ibu.

Semangat menjadi penulis! Semangat menjadi guru inspiratif! Semangat menjadi orang yang bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Hujan

3 Desember 2018   18:27 Diperbarui: 3 Desember 2018   18:31 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu sepi..

Aku melangkahkan kaki ke jendela, tepat di mana aku mengintip kau sedang berlarian menghindari hujan yang turun memburu, kau berlari dengan wajah basah penuh bahasa, seperti spectrum yang menghiasi mawar dengan kelopak yang rekah.

Indah dan dirindu..

Saat itu pula aku terakhir kali melihatmu tertawa, setelah itu kau melewati jendela yang sama, dengan wajah hilang air muka, tahi lalat di dagumu menjadi abu, wajahmu dingin. Berbicara tanpa suara itu yang aku anggap tenar untuk siapa saja yang menatap.

Wajahmu...

Menceritakan banyak genggaman luka yang kau simpan pada kantung mata, perlahan-lahan kentara dengan rambut yang sebagian terlepas pada ikatannya.

Kau wanita hujan yang aku tatap saat itu tawamu sekali,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun