Mohon tunggu...
Toon Tiny
Toon Tiny Mohon Tunggu... lainnya -

Berkarya Untuk Bangsa. Bangsa Maju Rakyat Sejahtera

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aklamasi ala Golkar

18 Mei 2016   11:53 Diperbarui: 18 Mei 2016   12:01 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Golkar telah memilih Ketua Umum barunya. Setya Novanto (Setnov) terpilih setelah Ade Komarudin (Akom) tidak melanjutkan pertarungan untuk putaran kedua. Akom masih punya kesempatan, suaranya sudah diatas 30 persen, tapi suara Setnov sudah 50 persen. Ia memilih jalan terbaiknya. Syahrul Yasin Limpo yang sebelumnya meminta agar hasil pemilihan putaran kedua jadi hasil akhir. 

Dengan alasan rekonsiliasasi, Akom mengambil jalan terhormat. Tidak ada yang merasa menang sendirian, tidak ada yang juga kalah dengan sembilu luka. Apapun alasanya, Golkar telah memilih Ketumnya untuk 3 tahun kedepan. 

Rasa-rasanya, Nusa Dua juga jadi saksi keprigelan ARB memainkan kesaktianya. Sebelum Setnov terpilih ia juga secara aklamasi terlebih dahulu terpilih sebagai Wanbin, struktur lama yang kembali dihidupkan. Struktur yang sempat ada di zaman Pak Harto, struktur dan kewenagnan yang sejak Munas 3 Golkar bisa membatalkan keputusan DPP. Wanbin di zamannya, berkuasa penuh atas segala laku Partai.

Tapi Wanbin yang sekarang tak seperti dulu, tak otoriter. Meskipun wewenangnya juga besar, setidaknya menentukan Capres 2019 nanti. Dengan sistem baru, siapapun partainya bisa mengajukan calon. Akan banyak calon dengan situasi yang sangat menarik. ARB sendiri juga berjanji tidak mau jadi matahahari kembar, meskipun ia Wanbin. "Tut Wuri Handayani," katanya.

Munaslub 2016 memang tidak banyak memunculkan kejutan. Akom vs Setnov sudah diprediksi sejak awal akan bertarung. Airlangga Hartanto yang dimentorin langsung Akbar Tanjung nyatanya tidak berdaya, ia masih kalah dengan Aziz Syamsudin dan Syahrul Yasin Limpo. Aziz mendapatkan 48 suara sedangkan SYL 27 suara. Keduanya cukup mengejutkan, memberikan warna tersendiri dalam Munaslub kali ini.  Arilangga rasa-rasanya yang akan atau diprediksi dapat bola muntahan pertarungan Setnov vs Akom malah hanya berhasil menggaet 14 suara. Priyo Budi Santoso dan Indra Bambang Utoyo masing-masing mendaptkan 1 suara. Wakil Ketua MPR, Mahyudin hanya mendapatkan 2. sisanya 11 suara dinyatakan tidak sah. Dari 560, 4 suara dinyatakan tidak berhak memilih, dua suara dari DPD Sultra, Soksi dan Kosgoro 1957 yang terlibat dualisme kepemimpinan.

Aziz, SYL dan Akom akan jadi bintang pada Munas selanjutnya, setidaknya jika kacamata analisanya berangkat dari Munaslub ini. Apalagi jika mereka mendapatkan porsi besar dalam kepengurusan, konsolidasi akan sangat mungkin dilakukan ketiganya.  Akom tentunya dengan jabatan Ketua DPR masih sangat berpeluang, Aziz sendiri diperkirakan akan jadi pengganti Setnov sebagai Ketua Fraksi memiliki kans besar, SYL baru akan masuk Jakarta.

Di luar nama-nama calon yang berada kini tentunya Golkar tidak akan kekurangan kader terbaiknya untuk tampil sebagai Ketum. Gen kepemimpinan yang sistematis banyak lahir dari rahimmya. 

Munaslub Golkar 2016 telah menunjukkan kapasitas Golkar. Melalui proses yang dinamis, Munaslub dibingkai dalam semangat rekonsiliasi dan kemajuan. Golkar menunjukkan bagaimana panasnya pertarungan dengan sistem yang terbuka. Hadirnya komisi etik, debat kandidat, larangan pertemuan langsung kandidat dengan pemilik suara jadi trendsetter baru suksesi kepemimpinan. Golkar selalu membuat terobosan yang inspiratif untuk dunia politik tanah air. 

Munaslub telah usai, Sekjen dan Bendum juga sudah ditunjuk. Formatur dengan cepat akan segera konsolidasi untuk pelantikan. Tantangan Golkar sudah didepan, konsolidasi internal mesti dipercepat dan dimatangkan. Ujian Golkar ada ditangan Setnov yang juga banyak dikritik akibat kasus-kasunya. Setnov harus buktikan ia bisa.

Golkar sudah banyak teruji dalam situasi yang pelik, kepemimpinan jadi taruhanya. Akbar yang pertama berhasil membawa Golkar Baru kembali disegani, bahkan sampai memenangkan pemilu 2004. Padahal Golkar dibayangi pembubaran dan stigma orde baru. JK jadi warna sendiri, pernah Ketum, 2 kali jadi Wapres, prestasi yang belum bisa disamai siapapun di Golkar. ARB mampu bawa Golkar tetap diperhitungkan, meskipun hanya dapat juara 2, tapi suara Golkar tetap naik. Apalagi Golkar sudah beranakpinak jadi Nasdem, Gerindra, PKPI dan Hanura.

Dengan model aklamasi seperti sekarang, Golkar berpeluang besar untuk bangkit. Rekonsialisasi jadi kekuatan. Aklamasi ala Golkar bentuk kebangkitan Golkar dari dalam. Selain konsolidasi internal, banyak sekali tantangan Golkar, yang paling utama menurut kami, Golkar harus bikin website partai yang baik, yag kredibel, dikelola dengan baik termasuk membangun tim cyber. Ini eranya bung !!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun