"Beringin tua, saat ambang senja/Desa yang sunyi dan sepi/Alam temaram, mentari tenggelam/Seperti suatu misteri menghalangi langkahku/ Misteriku, Pagi mendatang, misteri menyala/Alam raya pun bersinar/Teringat malam, yang datang mencekam/Beringin tua kembali menggoda lamunanku/Misteriku, Beringin yang kemarin disini/Sekarang tak aku tahu dimana/Apakah hanya sebuah impian/Tak pernah kutemukan jawabnya/Misteriku"
Petikan lirik lagu Elpamas diatas seakan menggambarkan dengan nyata kisah Munaslub Golkar yang baru berakhir awal pekan lalu. Catatan ringan Kang Nasir seolah mengabarkan berita kebenaran-kebenaran misteri Munaslub Golkar yang pada akhirnya dimenangkan Setya Novanto. Kemenangan Setnov dianggap juga Amirudin Mahmud membuat Golkar tersandera mati oleh Jokowi, Golkar akan dimanfaatkan Jokowi untuk mencalonkan diri pada pencapresan 2019, mengurangi kekuatan oposisi dan melemahkan JK di istana.Â
Dalam konteks tertentu, bisa jadi demikian. Akan tetapi mengingat dinamisnya situasi politik. Aklamasi ala Golkar sekarang ini sesungguhnya akan sangat menguntungkan Golkar. Golkar juga akan diuntungkan dengan terpilihnya Setnov yang juga pilihan Jokowi.Â
Menyatunya Golkar dan Jokowi, membuat Golkar akan terlindung dari serangan-serangan jahat buzzer-2 Jokowi dan relawan mati Jokowi, utamanya di sosmed yang sangat mendewakan Jokowi. Golkar akan terangkat posisinya seiring dengan popularitas Jokowi. Elektabilitas Golkar dengan sendirinya akan diuntungkan dengan posisi ini. Sepertinya tersandera dengan kepentingan-kepentingan Jokowi, tetapi sesungguhnya menikmati juga popularitas dan elektabilitas Jokowi. Golkar akan terkantrol dengan situasi ini.Â
Dengan ikut arus tapi tidak hanyut, kasus-kasus Setnov juga akan tertutupi. Imbal jasanya akan terlihat disini. Meskipun terlihat Nasdem cukup akan menggoda posisi Setnov yang tersandera dengan kasus #papamintasaham. Tetapi, melihat gelagatnya, Jokowi tidak akan berani. Jika selama ini Setnov dan LBP yang terindikasi dalam satu koordinasi dalam kasus ini. Jika mereka saling membuka, Presiden bisa saja juga terciduk. Saling kunci dalam kondisi ini. Golkar, Setnov dan Jokowi adalah satu paket permainan.Â
Bergabungnya Golkar ke pemerintahan juga membuat Golkar lebih mudah mendapatkan tambahan logisitik untuk perang kedepan. Apalagi jika Golkar jadi mendapatkan jatah menteri. Situasi ini penting, mengingat pembiayaan partai sangat besar. Pragmatisme Golkar dalam jalan yang benar untuk 2019. Tak ada alasan untuk tidak bergabung dengan pemerintahan ditengah situasi global juga memburuk. Golkar sudah di jalan yang benar.Â
Menikmati senja di bawah beringin tua, sesungguhnya memang penuh misteri. Jokowi dan Setnov sedang bulan madu. Jangan diganggu dengan berbagai asumsi dan cerita yang belum tentu jelas juntrunganya. Dengan situasi ekonomi  yang naik turun seperti sekarang ini, sepenuhnya berpihak pada pemerintahan juga tak akan menguntungkan bagi Golkar. Ketika masih bulan madu seperti sekarang ini, mau di kritik dan dicerca sekeras apapun, Setnov, Jokowi dan Golkar akan makin mesra saja. Tapi sejauh mana kemesraan ini ?
Hingga Pilpres mendatang, sebagaimana Setnov sampaikan akan dukung Jokowi pada 2019 mendatang. Sangat mungkin jika tidak ada perubahan berarti dan prestasi Jokowi juga baik. Jika tidak, Golkar tentu bisa jadi akan balik arah. Pragmatisme politik membuat situasi akan sangat dinamis. Tidak bisa ditebak dengan manuver jangka pendek, apalagi mereka sedang bulan madu.Â
Bulan madu yang membuat iri PDI Perjuanga dan Hanura. Meskipun nampaknya Nasdem mendukung dan rela kursinya di kabinet untuk Golkar. Nasdem  malah memberikan peringat atas Ketum Golkar terpilih perihal kasusnya #papamintasaham. Kerelaan yang harus dibayar mahal, intinya jangan macam-2 untuk Setnov dan Golkar. Situasi akan kembali dinamis menjelang reshuffle kabinet. Gabungnya Golkar sejak Rapimnas Januari 2016 lalu dianggap akan semakin merepotkan Jokowi. Dengan komposisi kabinet seperti sekarang, posisi Golkar akan memperkuat Jokowi tetapi jika PDI Perjuangan tersinggung. Situasi akan berbalik juga. Setidaknya membuat bola panas intrik istana makin mengeras. Jokowi kuat di parlemen, tetapi istana akan mengeras hingga 2019 nanti.
PDI Perjuangan tentu tidak akan mau posisinya digantikan. Sementara, Jokowi sudah mengantongi Golkar dan PAN atas inisiatifnya sendiri. Makin berimbang situasi istana, makin kencang konfliknya. Masukknya Golkar membuat situasi dinamis. Golkar tidak beruntung atau tidak dalam situasi yang ada sekarang ini. Berhasil memanfaatkan posisi atau malah terpuruk hanya jadi alat Jokowi mengimbangi kekuatan pendukung awalnya.Â