Lihatlah hasil dari fitnah yang kau tuduhkan!
Lihatlah buah dari kebencian dan adu domba yang kau tanam!
Adakah gunanya?
Terima kasih kalian saudara-saudaraku yang telah membuatku lebih dewasa dalam menyikapi masalah ini. Sudah sangat terlihat jelas, mana yang tulus dan mana yang hanya berpura-pura. Sungguh ironis, kepedulian kalian hanya didasari oleh uang, uang dan uang.
Apakah itu yang dinamakan peduli? Okelah, tak mau rugi karena obatnya hasil membeli, bukankah selama ini aku dan keluarga selalu membayar dan tak pernah menawar sedikitpun. Minta pertolongan barang sedikit saja, kenapa harus malah jadi masalah besar?
Siapakah gerangan yang telah menghasut kalian? Yang sampai berani menyakiti hati dan pikiran keluargaku? Di mana kesalahan keluargaku?
"Tidak berwibawa, marah dan membicarakan di belakang"
Ya,, akhirnya mata dan hati ini terbuka lebar. Bahwa yang dinamakan saudara itu adalah orang yang bisa melindungi, tak pernah memfitnah, dan yang tak punya rasa dendam. Selalu menerima dan memaafkan kesalahannya satu sama lain.
Tak akan ku ulangi lagi dalam hidupku, tak akan ku percayai lagi dalam hidupku, dan tak akan kubiarkan lagi kalian menyakiti kedua orang tuaku. Â Cukup satu kali dalam seumur hidup! Cukuuuuup!
Keadilan itu memang sudah tidak ada. Bagi para penguasa itu sudah pasti seenaknya memperlakukan orang kecil dan orang lemah. Sekalipun tak punya salah, kau tindas keluargaku hanya karena kau mendengar hasutan dan pengaduan dari orang kepercayaanmu yang bahkan tidak benar sama sekali.
Semoga kedepannya kalian semua bisa merasakan betapa pentingnya arti dari saudara. Dan tak harus dengan amarah yang menggebu ketika hendak menyelasaikan masalah, karena hanya kerugian yang akan kalian dapat. Perbaikilah segala ucapan dan perbuatannya!
Hendaknya saling memaafkan dan mengikhlaskan dari segala kejadian kemarin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H