Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nasib 5 Kegiatan Terkait Peristiwa 1965

26 Oktober 2015   03:29 Diperbarui: 16 Mei 2016   02:59 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ubud Writers & Readers Festival harus membatalkan 5 acara terkait peristiwa 1965 karena Tap MPRS No XXV/1966 yang sampai sekarang masih berlaku."][/caption]

Panitia Ubub Writers & Readers Festival sudah mengumumkan pembatalan lima acara yang dijadwalkan digelar di Ubud, Bali pada 28 Oktober hingga 1 November 2015. Kelima acara tersebut antara lain tiga diskusi panel terkait rekonsiliasi dan pemulihan dari peristiwa 1965. Acara tersebut dibatalkan setelah kepolisian setempat tidak mengeluarkan izin karena dinilai melanggar ketetapan MPRS No XXXV/1966 mengenai pembubaran PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah negara RI bagi PKI dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atu mengembangkan paham atau ajaran komunisme, marxisme, leninisme yang sampai sekarang Tap MPRS masih berlaku.

Ubud Writers & Readers Festival adalah sebuah festival kelas dunia dengan merayakan cerita yang luar biasa dan menguatkan suara dan pendapat; menangani isu-isu global serta membahas ide-ide besar. Diadakan setiap setahun sekali dengan tiap tahunnya menghadirkan para penulis ternama dan terbaik dibidangnya. Tidak hanya penulis, program-program memukau tahun ini juga diisi oleh jurnalis, artis, ilmuwan, advokat, dan seniman yang akan bersama-sama hadir untuk berbagi meja, dan bertukar pikiran. Memasuki tahun ke-12nya, UWRF 2015 mengangkat tema 17.000 Pulau Kaya Imajinasi dengan menghadirkan variasi talenta kebanggaan dalam dan luar negeri beserta pertunjukan seni lainnya.

Majalah “Lentera”

Peristiwa 1965 sampai sekarang masih menjadi isu yang sensitif dan trauma yang panjang. Sejarah paling kelam Republik Indonesia. Beberapa waktu lalu , Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, menarik peredaran majalah “Lentera” karena memuat laporan peristiwa 1965 di Salatiga dan sekitarnya. Peristiwa penarikan tersebut dilakukan karena dianggap menimbulkan gejolak dan masyarakat terganggu dengan isi majalah tersebut.

Film “Lastri”

Mudur ke tahun 2008, film yang disutradari Eros Djarot mendapat teror karena menganggap film itu berbau komunis dan akhirnya gagal diproduksi. Film yang berjudul “Lastri” bercerita mengenai gerwani, korban perkosaan pasca peristiwa 30 September 1965 dengan tema utama tentang kemurnian cinta dan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Frankfurt Book Fair2015

Kegiatan Frankfurt Book Fair2015, tak luput dari kecurigaan topik PKI menjadi tema utama karena dengan diikutkan dua buku yang akan terbit dalam bahasa Jerman, Amba (Laksmi Pamuntjak) dan Pulang (Leila S. Chudori). Kedua buku tersebut menceritakan peristiwa pembantaian itu, terutama dari sudut pandang keluarga korban. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan diminta menjelas­kan kegiatan yang menghabiskan anggaran negara sebesar Rp 146 miliar yang sedang berlangsung di Jerman. Gerakan Pemuda Penyelamat Indonesia (GPPI) khawatir paham PKI ingin kembali dibangkitkan di kancah internasional.  

"Act of Killing"

Tahun 2012 pembuat film dokumenter asal Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer, "Act of Killing" menyorot bagaimana pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi pada tahun 1965- 1966 memproyeksikan dirinya ke dalam sejarah untuk menjustifikasi kekejamannya sebagai perbuatan heroik. Di Indonesia film yang berhasil menyabet sejumlah penghargaan internasional tersebut  tidak masuk ke bioskop komersial dan hanya tayang dalam berbagai acara khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun