Sinar matahari mengitip di balik daun pohon-pohon. Suasana asri hutan dengan pohon-pohon tumbuh berjajar di pinggir jalan. Sebelum kaki melangkah masuk ke dalam gerbang, akan ada satu, dua mata mengitip dengan malu-malu atau dengan tatapan curiga dan tubuh bergelantungan diranting pohon.
Namun, saat kaki memasuki halaman yang sekilas terlihat mirip taman untuk dua sejoli pacaran. Pasukan kera menyambut dengan beberapa polah tingkah, ada yang menantang, ada yang genit nakal, ada melindungi anak-anaknya, ada juga tadinya bercengkrama berherti terdiam.
Jangan membayangkan kera-kera di sini seperti film di dalam film 'Planet of Apes' yang merasa terganggu dengan kedatangan manusia. Kera-kera di sini cukup ramah kepada pengujung yang datang dan melihat pemandangan mereka riang bermain atau momong anak di taman merupakan pemandangan menakjubkan. Sengaja di bangun kolam di bawah pohon untuk memudahkan mereka mandi, berenang, meloncat dari atas ranting pohon.
Penduduk  di sekitar hutan sangat memegang teguh adat yang melarang penebangan pohon sembarang. Membuat kawasan Alas Kedaton ini alami dan nyaman sebagai rumah kera yang sekarang di Indonesia dan dunia perlahan mulai berkurang bahkan nyaris punah.
Jika datang, bawalah sedikit makanan seperti pisang atau kacang ditaruh di atas telapak tangan, dan kera akan naik mengambil dengan begitu akan ada kesempatan untuk foto dan bercengkrama.
Datang ke Bali tidak lengkap jika tidak berkunjung ke pura. Ya, pulau nan eksotis ini juga dijuluki pulau dewata, pulau seribu pura. Dalam area Alas Kedaton juga berdiri pura suci. Tiap hari Selasa (Anggara Kasih) dua puluh hari setelah Hari Raya Galungan warga sekitar melakukan uparaca piodalan. Dimulai pada siang hari dan harus sudah selesai sebelum matahari terbenam. Warga menyebutnya dengan Ngerebeg. Berbeda dengan upara keagaman kebanyakan lainnya di Bali. Ngerebeg tanpa memakai sarana dupa ataupun kwangen.