[caption caption="Infografis Adik-adik kartini yang mendukung dan meneruskan perjuangan Kartini."][/caption]Siapa yang tak mengenal Kartini, setiap tanggal 21 April selalu diperingati identik dengan berkebaya, perayaan Hari Kartini semakain beragam tidak hanya di sekolah tetapi ibu ibu di beberapa daerah juga tak mau kalah. Sekarang Hari kartini juga dijadikan ajang penghargaan untuk para kaum hawa sebagai wujud dedikasi perempuan yang sangat menginspirasi.
Tetapi ironisnya, diantara germelap peringatan Hari Kartini, banyak diantara kita yang masih awam akan sejarah Kartini, perjalanan hidupnya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Masih banyak yang hanya sekilas mengenal, sebatas tahu surat-surat Kartini ”Habis Gelap terbitlah Terang". Namun pada kenyataannya, sedikit yang mau atau sudah membaca buku tersebut.
RA Kartini adalah salah seorang pejuang bagi kebebasan pendidikan untuk wanita. Tetapi sebelum cita-citanya terwujud Kartini sudah mendahului menghadap Tuhan. Kartini meninggal beberapa hari setelah melahirkan putra pertama. Adik-adiknya (Rukmini, Kardinah, Kartinah, Sumantri) kemudian berusaha keras melanjutkan cita-cita tersebut.
Kartini mendobrak kekakuan adat sebagai perempuan yang hidup di lingkungan bangsawan Jawa tata krama harus dijunjung tinggi. Kartini ingin ia dan adik-adiknya akrap dan cair tanpa dengan membiarkan saudara di bawahnya bergaul bebas dengan dirinya tanpa harus dibatasi tetek bengek norma yang membuatnya tampak "tinggi".
Keempat adik RA Kartini menyadari cita-cita mulia Kartini agar perempuan tidak terkungkung adat (perempuan tak pantas keluar dari rumah dan ketika dianggap dewasa harus menjalani pinitan untuk kemudian dinikahkan). Sebab itu perempuan tidak seperti laki-laki yang bisa mengeyam pendidikan tinggi.
Sekarang kita lihat Kartini tak pernah sendiri, selain adik-adiknya yang meneruskan cita-citamya. Sekarang seluruh perempuan Indonesia tetap meneruskan perjuangannya tanpa lupa kordratnya sebagai perempuan, sebagai istri yang memiliki imam, seorang ibu yang mengandung dan membesarkan anak-anaknya.
"Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan. Dengan pendidikan bebas kami bertujuan terutama sekali akan menjadikan orang Jawa sebagai orang Jawa sejati, orang Jawa yang dijiwai dengan cinta dan semangat untuk tanah air dan bangsanya."
*
Infografis: Trie Yas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H