Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dimana Kelanjutan Jalur Khusus Berkendara

5 Juli 2014   20:38 Diperbarui: 14 Agustus 2015   18:27 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_346587" align="alignnone" width="300" caption="di depan Plaza Semanggi"][/caption]

Tidak berlebihan jika kemacetan di Jakarta sudah berada di titik kritis. Siapa yang belum merasakan morat marit lalu lintas di ibu kota ini? Tiap hari pasti hampir semua warga Jakarta merasakan, tak hanya warga Jakarta. Tetapi Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Depok ikut merasakan juga karena sebagian warganya berkerja di kawasan Jakarta.

Apa sebenarnya yang salah dengan sistem lalu lintas kita. Kita pasti sepakat karena ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dan pertambahan jumlah jalan. membludaknya kendaraan pribadi. Sekarang hampir semua rumah ada motor, mobil. Tidak hanya khusus pekerja, anak anak sekolahpun sekarang sudah banyak yang berangkat pergi sekolah dengan motor bahkan mobil padahal dari segi usia mereka belum mengantongi ijin berkendaraan.

Dan tak dapat dipungkiri masih banyak pengendara yang tidak disiplin dan tidak mematuhi peraturan berlalu lintas meski beberapa kali kena tilang tapi itu tak membuat jerah, bisa dibilang lebih menguntungkan polisi lalu lintas karena tak jarang melihat polisi sengaja memasukan uang tilang ke kantong sendiri. Saya rasa itu bukan lagi menjadi rahasia umum.

Mengenai ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dan perluasan sejumlah jalan pemerintah tidak hanya diam saja melihat itu semua. Bisa kita lihat pemerintah tak hentinya mencoba memperbaiki tapi memang tak segampang berbicara dan harus semua yang merasa pengguna jalan raya harus sama sama melancarkan arus lalu lintas. Para pengendara harus tertib tidak saling sodok. Memang kita bisa lihat semua pengendara tidak hanya roda empat, roda dua dan angkutan umum semua saling berlomba cepat. Siapa sih yang tak jenuh berada berjam jam di jalan.

Dengan berlakunya three in one pada jalan-jalan tertentu dan membangun transportasi Busway, APTB Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway), dan MRT Mass Rapid Transit Jakarta yang masih dalam rencana denga visi menggerakkan Jakarta menjadi salah satu kota modern terdepan di Asia, melalui operasional terbaik berdasarkan standard dunia.

MRT direncanakan untuk bisa menjadi angkutan massa yang efesian dan tak memakan waktu lama dalam jarak tempuh, tetapi dengan catatan jalur lancar dan tidak adanya keterlambatan dalam keberangkatan, jangan seperti angkutan angkutan masal sebelumnya, Transjakarta ataupun kereta yang begitu mengecewakan karena keterlambatan jadwal yang menimbulkan menumpuknya penumpang di ruang tunggu.

Saya sendiri adalah salah satu penumpang busway dari Masjid Agung transit halte Benhil lalu berjalan ke Halte Semanggi menuju arah Pluit. Tapi semua jauh dari sempurna dan tetap macet dimana mana apalagi di musim hujan seperti sekarang.

Busway yang awalnya digadang-gadangkan mempunyai jalur khusus pada kenyataannya tetap bercampur baur dengan mobil pribadi dan angkutan umum seperti bus. Motorpun tak kalah menyerobot jalur yang awalnya hanya khusus untuk TransJakarta, jadi tak heran jika ada keterlambatan berjam jam. Perlu dipertanyakan kominmen pemerintah untuk melakukan sterilisasi jalur Transjakarta. Polisi tetap diam melihat kendaran kendaraan pribadi masuk jalur busway .

Dan saya tetap pesimis dengan rencana proyek MRT akan mengurai kemacetan. Metode Electronic Road Pricing (ERP), pemilik kendaraan membayar untuk melalui sejumlah jalan pada suatu area tertentu. Road Pricing yang sudah dikenal sejumlah negara maju, seperti Inggris, Swedia dan Singapura diterapkan untuk mendorong orang menggunakan respotasi publik daripada kendaraan pribadi. Mungkin bisa menekan laju pertumbuhan kendaraan pribadi

Ahli Teknologi Transportasi dari Inggris Andrew Pickford mengatakan, sejumlah negara yang telah menerapkan teknologi road pricing ini berhasil menekan tingkat kemacetan. Apakah metode itu akan mampu menertibkan para pengendara. Tentu tak mudah membuat masyarakat menerima dan memahami keharusan membayar untuk melintasi ruas jalan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun