[caption caption="Jakarta Biennale ke-16 ini berlangsung dari 15 November 2015-17 Januari 2016."]
Perhelatan akbar seni rupa kontemporer dua tahunan, Jakarta Biennale 2015 tidak terasa akan berakhir besok (17/01/16). Setelah selama 2 bulan Jakarta Biennale hadir memeriahkan kota Jakarta dengan mengusung tema “Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang”. Tema tersebut diangkat sebagai sebuah tinjauan atas masa kini, tanpa terjebak dalam nostalgia akan masa lalu dan utopia masa mendatang.
Selama pameran berlangsung Jakarta Biennale 2015 juga menyelenggarakan berbagai rangkaian program publik dan program pendukung seperti akademi, lokakarya, edukasi publik, simposium, tur biennale, weekend market, dan lain sebagainya yang dapat dinikmati oleh semua orang.
[caption caption="Suasana Jakarta Biennale 2015."]
Jakarta Biennale ke-16 ini berlangsung dari 15 November 2015-17 Januari 2016. Penyelenggaraan pameran utama diadakan di Gudang Sarinah, Jalan Pancoran Timur II No. 4, Jakarta Selatan. Acara ini didukung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta, serta Sarinah Dept. Store.
Tahun ini Jakarta 2015 melibatkan 70 seniman baik kelompok maupun individu, terdiri dari 42 seniman dari Indonesia dan 28 seniman mancanegara dengan memfokuskan masalah ekonomi, sosial, lingkungan dan dinamika masyarakat saat ini. Cukup mendapatkan tanggapan positif, baik itu dari masyarakat, media lokal maupun media internasional.
Ada tiga topik besar yang diangkat Jakarta Biennale 2015,
Pertama : Tentang penggunaan dan penyalahgunaan air.
Sampai sekarang air masih menjadi isu yeng belum terpecahkan di Indonesia. Air bisa menjadi sumber kehidupan namun juga bisa menjadi bencana.
Evelya Pritt, yang akrba disapa Epel, membuat portraiture tentang air. Tidak seperti manusia, air tak bisa berpura-pura di depan kamera, hadir di berbagai tempat di langskap alam maupun lingkungan buatan. Perilaku air banyak dibentuk oleh tindak tanduk manusia sekitarnya. Air adalah kejujuran akan kemanusian. Jika pada musim hujan banyak tempat di genangi air. Itu masyarakat harus sadar air yang meluap adalah bentuk akibat dari perilaku masyarakat itu sendiri.