Setelah Partai Berkarya resmi dinyatakan lolos oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai partai politik peserta Pemilu 2019, Â Hutomo Mandala Putra, pria yang akrab disapa Tommy Soeharto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Berkarya, Minggu 11 Maret 2018. Bertepatan 52 tahun Supersemar, dimana ayahnya, Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban, menerima perintah dari Presiden Soekarno untuk mengatasi situasi keamanan negara yang buruk akibat peristiwa G 30S PKI.
Sebagai anak penguasa Orde Baru,, Tommy sepertinya bercita-cita mengembalikan kejayaan era Pak Harto di bumi Indonesia. Bukannya meme Pak Harto tersenyum sambil melampaikan tangan dengan slogan "Piye, penak ku, tho ? masih berseliweran di medsos.
Lantas apa masyarakat  Indonesia harus ikut tersenyum menyambut  kelahiran "Soeharto mini" yang kelak akan memimpin Indonesia menuju kejayaannya kembali ? Logo Partai Berkarya pun berbentuk beringin mirip dengan partai Golkar yang dulu mendukung kejayaan Orde Baru.
Jadi tunggu nanti saja, apa masyarakat masih banyak merindukan Orde yang konon, katanya, kondisi ekonominya sangat pro rakyat kecil. Tak seperti sekarang, subsidi dicabut, Pembangunan dikejar, jalan tol tidak hanya di pulau jawa. Harga BBM satu diseluruh Indonesia bahkan masyarakat Papua bisa membeli bensi di SPBU dengan harga sama di Pulau Jawa, Bukankah itu belum pernah terjadi di Presiden-Presiden sebelumnya ?
Satu lagi yang mencolok, Orba minim kritik, tidak seperti sekarang, setiap melihat medsos (emang dulu belum ada sih) atau baca opini di koran ada kritik tentang kebijakan pemerintah. Lihat televisi banyak perdebatan tentang apa yang dilakukan pemerintah. Mana ada zaman Orba, dulu hanya ada Dunia Dalam Berita. Banyak aktivis yang bersuara lantang, e.. tahu-tahu hilang.
Meski begitu Tommy optimis mampu membawa partai berlambang pohon beringin yang lebih ngejreng ketimbang pohon beringinnya Partai Golkar ini dalam pemilihan Pemilu 2019.
Dengan purnawirawan jenderal yang duduk dalam struktur dewan pimpinan pusat (DPP) Partai Berkarya diantaranya:
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamana Jokowi, terkena reshuffle setelah pernyataannya kontroversial tentang Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berasal dari 'rakyat tak jelas' dalam kasus 'KPK vs Polri'.
Ketika masih menjabat Danjen Kopassus, Muchdi sempat membebaskan sejumlah aktivis yang diculik pada 1997-1998. Tapi ia juga dituduh sejumlah aktivis terlibat dalam penculikan itu.