Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemetik Air Mata

18 Februari 2018   23:31 Diperbarui: 19 Februari 2018   21:10 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Cerpen Pemetik Air Mata (Photo by Trie Yas)

"Bagaimana melupakan kenangan "

Armand bertanya setelah lama berdiam menatap kopi hitam di cangkirnya yang tak lagi berasap.

"Berdamai dengan hati." Jawab El lembut sambil menatap mata Armand yang dari tadi gelisah. "Kau harus menghadapi. Semakin engkau lari dia akan semakin menghantuimu."

*

Akhir-akhir ini Ibu-ibu ramai memperbincangkan seorang istri penyanyi religius yang menulis di sosial media tentang poligami. Kurang lebih tulisannya tentang penghianatan setelah suaminya berpoligami tanpa sepengetahuannya, pandangan perempuan tentang poligami  atau pendapat perempuan tentang maraknya para suami poligami tanpa izin yang berujung pada perceraian.

Nay, hanya diam mendengar para ibu-ibu yang mengantar anak sekolah marah-marah terhadap fenomena itu. Mereka sebagai sesama perempuan seolah berbagi rasa, bagaimana hancurnya ketika mengetahui suaminya diam-diam menikah dengan perempuan yang kita kenal. Sebagian dari mereka juga mewanti-wanti dengan maraknya para pelakor yang tanpa kenal bulu menggait laki-laki tanpa malu.

Nay ingat dulu sebelum menikah dengan Armand. 15 tahun lalu. Sahabatnya, Ita, pernah memberinya nasehat  tentang Armand dan perempuan-perempuan di sekitarnya. Ita yang mengenal Armand dengan baik paham benar siapa saja pacarnya sebelum mengenal Nay.

"Nay, kamu yakin? Ini Armand lho," tanya Ita memastikan ketika Nay bercerita telah menerima lamaran Armand.

Di lingkungan Ita berkerja, semua orang sudah hafal bagaimana manis kata-kata Armand kepada perempuan. Ya, dia memang dewasa, humoris dan sopan. Banyak perempuan takluk dengan pesonanya. Namun tak jarang, dia sering berganti wanita ketika jalan, tanpa ikatan namun dengan gerak gerik pacaran. Bisa sehari pergi makan dengan tiga perempuan berbeda. Kebiasaan itu tetap sama meski sudah ada Ney, Gadis manis lugu yang kemarin dibawanya ketika ada pesta di kantor.

Ita yang bersahabat dengan Ney dari kecil tentu tak rela, Sahabatnya itu menjadi permainan Armand seperti biasanya. Tetapi Nay tahu, tanpa Ita bercerita. Armand sudah bercerita banyak tentang dirinya, Lelaki memiliki pesona yang membuat hati perempuan lumer, dan Nay, gadis yang terkenal dingin, tak neko-neko serta perpandangan lurus mampu melihat ketulusan Armand, menurut Nay bukan sepenuhnya salah Armand jika sikapnya yang ramah dan terbuka itu disalah artikan oleh perempuan-perempuan.

Keberanian Armand datang menemui keluarga Nay, membuat Nay luluh dan percaya, Armand adalah laki-laki bertanggung jawab. Ia tak ragu menerima lamarannya. Tiga bulan kemudian mengikat janji seumur hidup. Nay diboyong ke rumah Armand, dia berhenti bekerja agar bisa fokus mengurus rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun