Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Harimau Jawa di Objek Wisata Girimanik

21 Oktober 2016   17:42 Diperbarui: 21 Oktober 2016   19:07 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak gubuk penduduk yang menjual makanan, biasanya gorengan dan mie rebus.

Harimau Jawa selama ini dianggap punah. Tetapi seingat saya waktu kecil sering melihat Harimau yang sering disebut Macan Tutul disekitar sawah, Memang itu dulu saat usia saya lima atau enam tahun. Sekitar dua puluh tahun lalu.

Informasi tentang kepunahan Harimau Jawa masih simpang siur. Ingatan itu juga masih samar samar. Tiap saya pulang ke kampung Bapak masih sering menceritakan jika dulu di daerah saya tinggal  kecamatan Slogoimo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah memang hidup  Harimau Jawa. Wilayah yang masih banyak hutan lindung.

Cerita yang beredar membawa saya ke sekitar Pertapaan Girimanik, Desa Setren, Kecamatan Slogoimo. Sekitar 10 km dari tempat saya lahir. Menurut warga Harimau itu turun jika ada warga membuat api unggun, harimau yang terlihat dengan ciri , garis bulu berwarna kuning hitam.

Perkampungan warga di sekitar Hutan Girimanik
Perkampungan warga di sekitar Hutan Girimanik
Meski warga mengaku melihat Harimau di ladang atau sawah di sekitar hutan, tetapi mereka tidak takut. Mereka berpendapat Harimau itu hanya sebatas lewat. Jika mereka tidak menganggu, Harimau tidak akan melukai. Dan Selama ini warga belum pernah mendengar ada yang tertekam atau celaka oleh hewan yang terkenal buas tersebut.

Girimanik sudah beberapa tahun dibuka sebagai tempat pariwisata dengan objek utama air terjun yang didukung panorama alam pegunungan yang indah. Selain itu, dikenal sebagai sakral dengan ditemukannya  Pertapaan Girimanik. Sebuah bukit yang digunakan untuk bertapa Raden Mas Said. Sampai sekarang tempat ini masih sering digunakan oleh banyak kalangan untuk melakukan meditasi. (http://www.kompasiana.com/lannang/air-terjun-girimanik_552c0a3a6ea8341d308b4572)

Salah satu Air Terjun yang menjadi Objek Wisata.
Salah satu Air Terjun yang menjadi Objek Wisata.
Karena terkenal sakral tersebut sebagian warga menghubung kan munculnya Harimau dengan sesuatu berbau klenik. Saya sendiri meski dibesarkan di lingkungan yang masih kental dengan adat kejawen kurang sependapat, karena biasanya saya hanya menganggapnya mitos dan tidak terlalu memikirkan. Namun melihat kondisi alam yang masih sangat alami, dan merupakan lereng gunung lawu, bukan tidak mungkin Harimau Jawa masih ada yang hidup sekitar hutan girimanik.

Menyelusuri Girimanik tidak cukup hanya sehari, mengingat medan jalan yang curam. Jika ingin mencapai titik ketiga area air terjun harus mempersiapkan fisik fit dan tenaga ekstra sebab dari pakiran menuju  air terjun Air terjun Manik Moyo, Air Terjun Condromoyo dan Air Terjun Tinjo Moyo berjauhan dengan jalan menanjak menurun. Terlebih musim hujan yang menyebabkan jalanan licin.

Jalan terjal menuju Air Terjun.
Jalan terjal menuju Air Terjun.
Obyek wisata Girimanik tidak lagi asing untuk warga sekitar perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, permasalahan pariwisatan di Jawa Tengah, khususnya Wonogiri yang merupakan daerah pegunungan tetap sama dan tetap menjadi PR selama bertahun-tahun ini.  Jalanan menuju tempat pakir rusak, aspal mengelupas ditambah jalanana tidak rata karena memang daerah perbukitan padahal rute yang dilewati adalah tempat tinggal penduduk. Tapi jangan heran karena rata-rata jalanan dari dusun ke dusun di daerah Wonogiri yang masuk perbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur rusak parah dan kurang menjadi perhatian meski warga sudah berkali-kali meminta dana tetapi tetap saja susah turun.

Jalan masuk kawasan Objek Wisata Girimanik, Jalan ini masih terlihat lumayan. tapi di tempat penduduk rusah parah.
Jalan masuk kawasan Objek Wisata Girimanik, Jalan ini masih terlihat lumayan. tapi di tempat penduduk rusah parah.
Padahal biaya masuk sekitar Rp 5.000 saja. Namun, sepertinya Pemda setempat kurang serius mengelola potensi-potensi daerah mereka menjadi wahana wisata yang ramah. Tak jarang, saat saya pulang banyak yang enggan diajak menikmati girimanik karena alasan jalanan yang kurang aman buat kendaraan mereka dan sekarang mulai tampak sepi bahkan gubuk penjual makanan yang berdiri hanya satu.

Tampak gubuk penduduk yang menjual makanan, biasanya gorengan dan mie rebus.
Tampak gubuk penduduk yang menjual makanan, biasanya gorengan dan mie rebus.
Foto-foto: Koleksi Pribadi (Trie yas/aka.lanang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun