I
Kau pernah menuntunku berjalan untuk mencapai bukit itu. Kau juga pernah melemparku ke jurang ketika kita berada di puncak bukti itu. Aku tetap tertatih berjalan ke puncak dengan kaki pincang dan menemukanmu lagi.
Kau sempat berujar tentang penyesalan.
Dan lagi lagi kau melemparku ke jurang, kali ini dengan tatap penuh amarah sambil berbisik "selamat tinggal," Mungkin kau beranggap kakiku akan mudah berjalan menyelusuri bukti itu untuk menemukanmu lagi.
Kau sadar telah berkali kali mematahkan tulang_tulang di tubuh ini
 Jangan coba_coba kau remehkan sebuah luka karena tetap meninggalkan bekas.
II
Senja di bukit kenangan. Ada tanah tandus dengan semak sedang berbunga. Merekah malu dan tersipu. di bangku taman seorang perempuan duduk tampak pasrah menyosong petang menyapu senja.
Tiba-tiba ada kesedihan bukan tentang kegagalan. Melainkan penerimaan akan kebebasan.
III
Di bangku taman kulihat jalan berliku-liku menuju ke puncak bukit. Pernahkah kau sesekali menenggok ke bawah. Jurang-jurang yang membentang dengan rerimbunan pepohonan.
Kau pikir, sering kali kesunyian akan menyelamankanmu dari luka. Kau tak memperhitungkan, tak selamanya angin bertiup sopai-sopai. Kadang-kadang kita perlu berpelukan dengan badai.