[caption caption="Sumber foto https://twitter.com/kompascom/status/687623639676489728"][/caption]
Sejak kemarin masyarakat Indonesia disuguhi kabar tentang serangan teroris dan ledakan bom di Sarinah, Thamrin, Jakarta pusat. Hampir tiap menit semua media berita online ataupun televisi meng_update kabar duka tersebut. Begitu juga dimedia sosial melalui telepon selurel tragedi Sarinah menyebar begitu cepat dan luas, foto-foto korban (tanpa diedit, dibur) ataupun foto yang diduga sebagai pelaku tersebar, menciptakan rasa takut dan opini yang menjalar luas.
Tujuan utama teroris adalah menciptakan ketakutan, horror dan trauma. Penyebaran foto-foto korban bisa dikatakan membuat resah dan panik masyarakat terlebih masyarakat yang tinggal di luar kota Jakarta dan memiliki kerabat beradaan di Jakarta.
Kita patut bersyukur Indonesia dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) maju. Hampir setiap orang kini memiliki android sehingga memudahkan mengakses internet dan melalui pesan dengan cepat dapat mengetahui segala informasi terkini.
Untuk merespon dan menentang aksi teroris hashtag atau tagar '#KamiTidakTakut' dan '#JakartaBerani' telah mendunia menyusul , hashtag '#PrayforJakarta' dan '#PrayforIndonesia' telah lebih dulu menjadi trending topic di Twitter.
Di saat-saat seperti ini, perlawanan sangat penting . Bentuk perlawanan tidak hanya dalam fisik seperti adu tembak dengan teroris tetapi dukungan moral dan bersatu. Terpenting jangan memberi informasi yang tidak akurat sehingga berdampak akan rasa takut.
Pemberitaan ledakan bom beberapa stasiun televisi dan radio ada yang melanggar kode etik jurnalistik. Prinsip-prinsip jurnalistik adalah akurasi berita. Informasi yang tidak akurat alias hoax tentang “Ledakan Terjadi di Slipi, Kuningan, dan Cikini yang di siarkan TvOne, Indosiar dan iNews serta Radio Elshinta sangat disayangkan karena akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta berdampak besar dalam membangun opini publik apalagi sekarang ruang informasi dengan cepat kilat menyebar.
Harusnya mereka media-media besar tidak hanya memikirkan rating dan tanyangan tentang peledakan bom di Sarinah tak perlu dikemas seperti drama atau sebatas cepat tetapi juga harus dijaga akurasinya. Selain itu, gambar korban atau mayat secara detil juga masih ditemui di beberapa stasiun televisi.
Di media online atau di media sosial kita harus bisa mefiller informasi yang datang atau untuk menyebar luaskan. Kita harus bisa bersatu memberi waktu pihak pemerintah bekerja tanpa harus menyabar dugaan ini, dugaan itu. Kita harus saling menguatkan.
“Kami Tidak Takut”. “Indonesia Tidak Takut dengan Teroris”.