Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencontohkan Caranya

4 November 2023   13:36 Diperbarui: 5 November 2023   11:52 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru mengajar siswa. Sumber: www.kompas.id

Selama anda tidak mampu mencontohkan caranya, maka segala keahlian anda dalam berbicara sama halnya dengan sebuah speaker aktif saja. -  LW

Suatu kali, seorang pengusaha furnitur metal bercerita kepada saya tentang pengalamannya dalam hal memimpin perusahaannya. Ia bercerita betapa pentingnya seorang pemimpin tahu kondisi lapangan, bukan hanya semata-mata percaya pada laporan anak buah saja. Tidak berarti tidak percaya kepada kinerja anak buah, ini lebih kepada pemimpin harus mengkonfirmasi laporan anak buah dengan kondisi riil di lapangan.

Dan hal pertama yang harus dilakukan adalah turun ke lapangan itu sendiri, untuk melihat langsung kondisi terkini. Dengan harapan tidak ada masalah operasional yang mengganggu, namun jika terpaksa ada masalah maka sebagai pemimpin tertinggi ia tahu persis masalah itu, akar masalahnya, dan memikirkan solusinya.

Inilah kisahnya. Ia tidak akan pernah bisa lupa akan kegundahannya ketika suatu hari bagian keuangan melaporkan bahwa biaya pembelian cat dalam 6 bulan terakhir  terus melonjak naik, ia merasa ada yang tidak beres,  hasil penjualan relatif sama setiap bulannya tetapi mengapa biaya produksinya naik. Ini menggerus keuntungannya dalam beberapa bulan terakhir. Akhirnya ia turun gunung, melihat langsung  ke jalur produksi, dan ketika tiba di bagian pengecatan ia menemukan bahwa ada berkarung-karung cat bubuk bekas yang menumpuk.

Ia bertanya kepada salah satu tukang cat disana, mengapa ada banyak tumpukan karung cat bekas seperti itu. Si tukang cat menjawab bahwa ia belum menemukan cara pengecatan yang paling baik sehingga jumlah cat bubuk yang gagal menempel pada produk lalu jatuh ke lantai bisa sesedikit mungkin. Ia bertanya kepada tukang cat berapa karung cat terbuang setiap bulan, dan si tukang cat menjawab kurang lebih 10 karung dengan berat per karung 5 kg.

Pak Pengusaha ini  kemudian berkata bahwa  harga cat bubuk itu adalah 100 ribu rupiah per kilogram, artinya dalam sebulan ada 5 juta rupiah uang yang dibuang dalam bentuk cat bubuk  yang tidak terpakai. Jika harga beras per 1 kilogram adalah 10 ribu rupiah maka dalam sebulan sama saja dengan membuang-buang 500 kilo gram beras. Jika 1 kilogram beras bisa untuk makan 5 orang, maka ada 2.500 orang yang kehilangan jatah makannya.

Mendengar itu, si tukang cat terperanjat. Lalu bertanya, apa yang harus dilakukannya agar tidak terjadi lagi pemborosan bubuk cat yang sia-sia. Sang pengusaha menjawab dengan sebuah pertanyaan, maukah kamu tahu caranya?

Kemudian ia mengajak tukang cat itu ke ruangan kerjanya, ia membuka laptop dan googling: cara mengecat powder coating yang efektif. Dan tak terasa 3 jam sudah mereka larut dalam diskusi yang sangat hidup dan cair,  untuk menemukan cara kerja baru yang efektif dan efisien.

Jika kita cermati kisah pengusaha ini, ada beberapa pelajaran penting berupa tindakan nyata yang langsung bisa dipraktekkan oleh para pemimpin  ketika ada masalah. Mari kita cermati:

Turun ke lapangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun