Pelajaran kedua dari pencarian makna natal adalah ketika saya mencoba mengkontraskan kelas sosial Orang Majus dengan kelas sosial sekelompok orang yang berada jauh dibawahnya, yang tidak sebanding, yaitu para Penggembala Domba atau Penggembala Kambing. Sebab dikisah lain dari Kitab Suci Injil, para penggembala ini juga mendapat anugerah kemurahan Tuhan dari kisah yang unik ini.
Penggembala domba dan kambing didalam kultur masyarakat Timur Tengah adalah kasta sosial yang rendah. Bukan hanya di Timur Tengah, di Indonesia pun demikian. Dan sepertinya di seluruh Asia, penggembala adalah profesi yang tidak terhormat dibanding pegawai pemerintah, pengusaha, atau pedagang.
Menyebut pengembala kambing maka orang akan memberikan konotasi sebagai pekerjaan yang tidak terlalu terhormat dan apalagi mulia. Pekerjaan sebagai penggembala kambing tidak memerlukan persyaratan yang sulit dipenuhi, misalnya harus berlatar belakang pendidikan dan kualitas karakter tertentu, ketrampilan yang tinggi, dan lain-lain. Siapa saja, asalkan mau dengan upah rendah, boleh menjadi penggembala kambing.
Jenis pekerjaan yang tidak memerlukan persyaratan dan berpenghasilan terbatas itu menjadikan penggembala kambing dianggap berstatus sosial rendah.Â
Jika seseorang melakukan sesuatu yang kurang pantas, miskin, dan bahkan bodoh, maka seringkali disebut seperti penggembala kambing. Tentu, seseorang yang diberi sebutan seperti itu biasanya juga tidak suka, karena merasa direndahkan dan atau dihina. (Sumber)
Para penggembala yang polos, sederhana, tidak berpikir neko-neko, hidupnya pas-pasan bahkan lebih tepat disebut miskin, tidak pintar, tidak memiliki pengaruh sosial di masyarakat bahkan cenderung terpinggirkan justru mendapatkan prioritas Illahi untuk mendengar kabar natal, kabar lahirnya bayi Yesus Sang Penyelamat.
Jadi pelajaran kedua adalah, makna natal diberikan kepada orang-orang yang hatinya sederhana, polos, yang hidup dalam "penderitaan", tidak memiliki harapan dan membutuhkan pembebasan.Â
Pembebasan dari masalah-masalah yang membelit sehingga membuat mereka seolah tidak mampu untuk hidup lagi, pembebasan dari sakit-penyakit bahkan seperti  ganasnya dampak pandemi Covid-19 yang meruntuhkan sendi-sendi ekonomi mereka, pembebasan dari belenggu pikiran yang membuat potensi hidup mereka tumpul, pembebasan dari segala hal yang membuat mereka tidak bisa menjadikan hidupnya berarti.
Logika manusiawi sering kali bertolak-belakang dengan logika Tuhan, Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa. Itu sebabnya jika saat ini kita sedang berwujud Orang Majus janganlah menjadi lupa diri, sebab semua kehebatan dan kelebihan yang kita miliki hanya semata-mata anugerah-Nya saja.Â
Pun demikian apabila saat ini kita berwujud para penggembala domba atau kambing, tidak perlu berkecil hati sebab dibalik rasa tidak nyaman atas pekerjaan kita, penampilan yang tidak meyakinkan, dan kelas sosial yang rendah ada kebahagiaan yang disediakan-Nya.
Selamat merayakan natal bagi saudara-saudari umat Kristiani dimanapun berada. Kiranya damai di surga turun ke bumi, ke dalam hati setiap umat-Nya. Salam sukacita.