Menyimak kutipan dari kompas.com berikut sangat menarik:
Dalam surat pengunduran dirinya, Febri mengungkapkan keputusannya itu dilatarbelakangi kondisi KPK yang telah berubah pasca-revisi UU KPK. "Kondisi politik dan hukum telah berubah bagi KPK. Setelah menjalani situasi baru tersebut selama sekitar sebelas bulan, saya memutuskan jalan ini, memilih untuk mengajukan pengunduran diri dari institusi yang sangat saya cintai, KPK," kata Febri.
Sementara itu, Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango mengungkapkan belum ada pegawai lain yang mengundurkan diri dari KPK dengan alasan perubahan kondisi di KPK sebagaimana dikemukakan Febri.Â
"Dari sejumlah permohonan pengunduran diri, tak ada yang menyebutkan alasan pengunduran diri seperti itu, kebanyakan berdalih mencari tantangan kerja yang lain ataupun alasan keluarga," kata Nawawi.
Seorang fresh graduate biasanya memiliki idealisme yang tinggi ketika berjuang keras melamar pekerjaan agar bisa diterima. Ingin bekerja di korporasi yang mapan, dengan iklim kerja yang kondusif, komunikasi yang luwes, jam kerja yang tidak mengikat dan tentu gaji yang menyenangkan.Â
Tentu saja hal ini adalah wajar-wajar saja sebab pada dasarnya setiap manusia dari sononya ingin yang nikmat dan enggan yang sengsara. Mungkin ada juga fresh graduate yang tidak peduli dengan apa yang ada didalam korporasi, yang penting bisa masuk, kerja, gajian, selesai.
Mau dimengerti atau tidak, setiap korporasi didirikan dengan jerih-lelah, perjuangan para founding father-nya dalam sekian waktu tertentu. Biasanya pengalaman jatuh-bangun membangun usaha ini akan disarikan menjadi nilai-nilai yang diyakini sebagai nilai-nilai dasar korporasi yang diyakini oleh setiap anggotanya.
Sehingga siapa pun yang akhirnya masuk bergabung dalam korporasi harus menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang sudah ditetapkan tersebut. Entah dia fresh graduate atau seorang yang sudah berpengalaman di korporasi yang lain.Â
Penyesuaian nilai-nilai pribadi dengan nilai-nilai korporasi menjadi sebuah proses yang menarik untuk dipelajari. Sebab setiap orang memiliki sendiri apa yang diyakininya benar dan dijadikan sebagai kompas dalam menjalani kehidupannya, sementara korporasi juga memiliki nilai-nilai yang disarikan dari nilai-nilai para pendirinya.Â
Di sinilah proses dalam diri seseorang terjadi, langsung gas pol karena tidak ada perbedaan nilai-nilai atau justru berjalan lambat dan tertatih-tatih karena ada perbedaan nilai-nilai yang cukup mendasar.
Biasanya bila terjadi perbedaan antara nilai-nilai pribadi dengan nilai-nilai korporasi maka seseorang akan memiliki tiga pilihan: (1) Mundur teratur alias resign, atau (2) Berdamai dengan sepenuh hati mengikuti nilai-nilai korporasi karena masalah sumber pendapatan utama, atau (3) Bertahan di dalam korporasi, tak peduli dengan nilai-nilai itu yang penting hadir, kerja, dan gajian.
Tentu semua itu kembali kepada kita masing-masing, semua tidak ada yang salah. Tetapi setiap orang bisa menentukan pilihan untuk memuliakan kodratnya sebagai manusia seutuhnya sesuai nilai-nilai yang ia yakini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H