Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memaknai Customer Service Orientation dari Profesi Ojek Online

30 Agustus 2019   16:26 Diperbarui: 30 Agustus 2019   23:21 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memenangkan hati konsumen bukanlah perkara yang mudah, sebab pada posisi ini konsumen adalah pemegang kunci keberhasilan layanan kita.

Suatu kali saya ngobrol dengan seorang rekan kerja yang cukup senior disela-sela istirahat siang. Rekan saya ini dalam beberapa tahun terakhir sedang membangun usaha di rumah dengan istrinya. 

Akhirnya setelah mantap membangun usaha bersama istrinya, ia memutuskan untuk mengajukan resign dari kantor dan sepenuhnya bersama istri mengembangkan usaha mereka. Rekan ini memiliki gaya bicara ceplas-ceplos, kalau memberikan masukan atau pendapat apa adanya tanpa sungkan perasaan orang lain, sering melawak, santai, dan sedikit cuek.

Ada hal menarik yang saya dapatkan selama ngobrol dengannya. Ia bercerita bahwa ketika ojol (ojek online) sedang booming, iapun tertarik untuk mencoba melamar. Dan saat itu peluangnya masih sangat mudah dan pasti diterima.

Prosesnyapun tidak sukar karena semua lamaran via online, begitu diterima langsung training via online juga, nyaris tidak perlu ke kantor. Ia ke kantor hanya saat mengambil properti saja seperti jaket, helm, ID card. Sejak saat itu ia memiliki akun ojol yang dia pakai hanya 3-4 kali sebulan sepulang kantor, atau sesuai moodnya.

Yang menarik dari obrolan dengannya adalah bahwa ia baru benar-benar mengerti arti melayani konsumen yang sesungguhnya justru saat dia menjadi ojol.

Ia mengakui bahwa ia adalah orang yang tidak suka basa-basi, tidak takut bicara dengan siapapun, bahkan berdebat dengan siapapun, namun ketika ia masuk dalam dunia ojol semua perilaku itu ia tinggalkan.

Ia harus membiasakan berkata "iya", "baik", "ndak apa-apa", "maaf", dan "terima kasih" kepada penumpangnya. Saya lihat kesungguhan dari binar matanya saat bercerita.

Suatu malam ia mendapatkan order untuk membeli makanan dari seorang ibu yang sedang berlibur bersama keluarganya di kota kami dan menginap di sebuah hotel din pinggir barat kota. Sedangkan restoran tempat makanan diorder berjarak 1 kilometer saja dari tempat ia berada. Maka segera saja dia meluncur membeli makanan yang dipesan dan bergegas ke hotel tempat ibu itu menginap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun