Mohon tunggu...
Lani Mc
Lani Mc Mohon Tunggu... lainnya -

biasa aja. Suka nulis apa saja, suka jalan-jalan dan makan ;p

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kepentingan Di atas Kepentingan

26 Mei 2012   10:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hmm... Setiap keluar jalanan pasti ada razia dadakan dari polisi. Lampu depan motor harus menyala sepanjang mesin menyala. Akhirnya, karena menyalakan lampu kecil saja di stop dan akan dibawa sidang. STNK dan SIM teman saya ditahan. Kesalnya saya karena saya dalam perjalanan mencari makan. "Mau damai apa sidang?" kata pak Polisi. Saya kecewa dan ingin marah sampai-sampai berniat membantu Polisi mencarikan motor-motor yang tidak menyalakan lampu, fiuh! Negosiasi pun terjadi, teman saya tidak punya uang, tidak mau ngasih uang dan tidak mau disidang. Tetapi pak Polisi mendesak untuk di sidang saja. "Masa razia tiap hari sih pak?" tanyaku. Polisi itu hanya tersenyum sinis. Haiyah benar-benar menjengkelkan! Lalu kami mengeluarkan dompet dan didompet saya hanya ada uang Rp 14.000,- (tapi didalamnya sih ada hehe, sedikit boong :p) dan parahnya uang itu diambil sama pak Polisi. Ya ampyun! Gak ada kasihan-kasihannya tuh polisi, kalo saya beneran gak punya uang gimana?? Dengan bangganya pak Polisi itu menunjukkan undang-undang.

Logikanya, kalau saja suasana mendung dan berkabut menyalakan lampu itu perlu tapi kalo siang terang benderang kok masih saja dibikinin undang-undang. Apa kalau batere motor habis pak Polisi mau ganti. Apa ini kesepakatan para pengusaha batere motor dengan pemerintah? disogok berapa tuh? Kenapa peraturan untuk rakyat kecil yang remeh temeh justru dinomor satukan dan tidak boleh dilanggar? Intinya masyarakat terlalu ditekan dengan kebijakan-kebijakan yang seenake dhewek dan mengatasnamakan kepentingan umum. Dari hal kecil saja sudah jelas ketidak adilannya bagaimana dengan yang besar-besarnya? Memang sungguh kejam hukum itu, bukan menyelesaikan masalah tapi justru menambah-nambah sesuatu yang belum ada menjadi ada. Kita seperti hidup dalam kepemimpinan yang tutup mata. Perubahan-perubahan yang nol tetapi ingin selalu menekan. Preman zaman sekarang bukan hanya ada di pasar tetapi sudah merajalela di mana-mana. Mengatasnamakan segala yang lagi booming di masyarakat, kemurnian tindakan seolah hanya dongeng layar tancep.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun